Aktivis satwa tidak setuju dengan pendapat figur publik yang memelihara satwa liar atas nama menyelamatkan mereka. Sebab, itu justru berdampak buruk untuk lingkungan.
Pesohor kini gamblang memamerkan koleksi satwa liar melalui media sosial. Salah satunya dilakukan selebgram Alshad Ahmad. Sayangnya, Alshad yang gemar memelihara harimau Benggala itu juga harus menyaksikan tujuh harimau miliknya mati di penangkaran.
Alshad kerap berargumen, kegiatan yang ia lakukan itu untuk menyelamatkan harimau Benggala yang tempat tinggalnya rusak. Untuk diketahui, harimau Benggala merupakan satwa yang terancam punah dan bukan satwa endemik Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alasan kerusakan alam, rupanya tak membuat keputusan memelihara satwa liar di rumah itu sebagai langkah yang benar. Hal itu diungkapkan Ketua Animal Defenders Indonesia Doni Herdaru Tona kepada detikTravel.
"Kerusakan ruang hidup satwa, tidak menjadikan kita berhak mengubah ruang hidup mereka ke dalam wilayah rumah atau menjadikan mereka sebagai pets (hewan peliharaan)," kata Doni.
Doni justru menyoroti peran manusia untuk menjaga habitat asli satwa liar. Bila penyebab kepunahan satwa adalah kerusakan hutan, manusia harus dapat mencegah dan menangani kerusakan itu. Jika satwa terus diambil, hal itu dapat mengganggu keseimbangan ekosistem hutan karena hilangnya pelaku dalam rantai makanan.
"Ada kebutuhan yang berbeda, dan dalam nama konservasi, perlindungan hutan dan area hidup mereka adalah harga mati. Tidak boleh kalah dengan para pembalak liar, para pemburu satwa dilindungi," ujarnya.
Doni menambahkan, pemerintah perlu membuat aturan dan penegakan yang tegas bagi para perusak hutan. "Malah ini pecutan buat Gakkum KLHK, Polisi Hutan, dan Kementerian Kehutanan khususnya," kata dia.
"Jika tidak ada efek jera, tentu ini akan menjadi-jadi. Mau sampai kapan? Kita harus jadikan ini momentum membenahi pola perlindungan lingkungan hidup kita, termasuk habitat hidup satwa," dia menegaskan.
(pin/fem)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!