Di balik tren memelihara satwa liar yang dilakukan influencer, ada banyak dampak negatif yang dapat ditimbulkan. Salah satunya memicu munculnya pandemi.
Satwa liar tak sepatutnya dipelihara. Mereka mempunyai habitat di alam liar dan tak seharusnya hidup di rumah bersama manusia.
Membawa satwa liar ke rumah dengan alasan alam rusak tak sewajarnya dibenarkan. Sebab, satwa liar itu lama kelamaan akan punah di alam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, Peneliti dan Akademisi Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, Rheza Maulana, menjelaskan bahwa saat ini dunia internasional sangat mengecam perburuan dan perdagangan satwa liar karena dikhawatirkan dapat menjadi pemantik pandemi.
"United Nations Environment Programme membuat publikasi berjudul Preventing The Next Pandemic. Kesimpulannya, sekarang ada Emerging Infectious Desease (EID) atau penyakit menular yang akan muncul. Pencentusnya apa? Perdagangan satwa liar," kata Rheza kepada detikTravel, Sabtu (29/7/2023).
Rheza juga menjelaskan dalam dokumen tersebut disebutkan bahwa satwa liar legal dan ilegal dapat mencetuskan kemunculan EID. Saat ini, hal tersebut memang belum muncul namun bila kegiatan eksploitasi satwa itu terus dilakukan, dampak pandemi seperti COVID-19 tak ayal akan mempengaruhi manusia.
"Jadi kita harusnya bukan bicara legal dan ilegal lagi. Tapi kalau satwa liar diperdagangkan itu bisa bikin pandemi dan kita sudah merasakan pandemi COVID-19," ujarnya.
Senada dengan Rheza, WWF Indonesia juga menyinggung bahayanya memelihara satwa liar bagi kesehatan manusia. Melalui Instagram @wwf_id, dijelaskan bahwa memelihara satwa liar dapat menularkan virus atau bakteri yang ada di satwa.
"Tentunya masih ingat kasus COVID-19? Kasus ini dipercaya ditularkan satwa kelelawar. Hal ini juga dapat terjadi jika kita pelihara satwa liar," tulis WWF.
WWF menyebut istilah Zoonosis yaitu penyakit yang dapat menular dari satwa liar ke manusia. Kemudian, penyakit itu ditularkan dari manusia ke manusia sehingga menjadi pandemi dunia.
Peringatan itu disampaikan setelah geger anak harimau milik Alshad Ahmad mati. Dan, ternyata bukan sekali itu anak harimau Alshad mati, tetapi sudah tujuh ekor yang mati.
Alshad merupakan Youtuber dengan follower yang cukup banyak dan anak-anak harimau itu menjadi konten. Aktivitas itu diklaim sebagai bentuk konservasi oleh Alshad. Pemerhati satwa menolaknya dengan menyebut itu bagian eksploitasi satwa. Yang mengkhawatirkan lainnya adalah konten tersebut berpotensi ditiru oleh mereka yang menyaksikan konten tersebut.
(pin/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol