Pesan untuk Alshad, Pelihara Harimau Bukan Cara Menyelamatkannya dari Kepunahan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Pesan untuk Alshad, Pelihara Harimau Bukan Cara Menyelamatkannya dari Kepunahan

Putu Intan - detikTravel
Rabu, 02 Agu 2023 05:02 WIB
Ilustrasi hewan karnivora
Ilustrasi harimau. Foto: Getty Images/iStockphoto/Ondrej Prosicky
Jakarta -

Influencer berdalih memelihara harimau dapat menyelamatkan satwa itu dari kepunahan. Sebaliknya, cara itu justru membuat harimau punah.

Langkah Alshad Ahmad memelihara satwa liar, termasuk harimau Benggala, yang terancam punah, ditentang aktivis dan pecinta satwa. Apalagi, dalam konten-konten yang ia buat, harimau Benggala itu diajak bermain layaknya kucing domestik.

Narasi yang dibangun Alshad seolah mewajarkan satwa liar dipelihara di rumah. Bila ada yang mengkritik, Alshad berdalih keputusannya membawa pulang harimau Benggala sebagai cara melindungi mereka dari ancaman di alam yang berbahaya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peneliti dan akademisi Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, Rheza Maulana, menyebut cara Alshad memperlakukan satwa liar selayaknya peliharaan itu salah. Menurutnya, argumen konservasi yang dibangun Alshad menimbulkan miskonsepsi bagi masyarakat.

"Kontennya memberi edukasi yang keliru. Orang akan berpikir konservasi itu peluk-pelukan, main-main sama satwa. Padahal tidak seperti itu," kata Rheza saat dihubungi detikTravel melalui sambungan telepon, Sabtu (29/7/2023).

ADVERTISEMENT

"Ini miskonsepsi yang sangat fatal ketika orang berpikir memelihara satwa liar di rumah dianggap menyelamatkan dari kepunahan. Kalau di alam punah dan cuma ada di rumah itupun termasuk punah," dia menambahkan.

Bila seandainya harimau tidak lagi ditemukan hidup di hutan, tetapi masih hidup di penangkaran atau rumah pribadi, itu sama saja digolongkan punah. Rheza menjelaskan istilahnya punah di alam.

"Punah di alam itu satu step (tahap) lagi menuju punah total," ujarnya.

Rheza mencontohkan kasus nyata yang sudah dialami Australia. Mereka kehilangan Thylacine atau harimau Tasmania.

"Dulu memang punah di alam, cuma ada di kebun binatang. Yang terjadi, di kebun binatang juga habis. Jadi punah sama sekali akhirnya," katanya.

Satwa liar yang mati di alam sejatinya dapat memberi banyak manfaat bagi lingkungan. Berbeda dengan satwa liar yang mati di kandang yang ujungnya dikubur dan ditangisi pemiliknya.

"Kalau ada satwa mati di alam, itu akan menjadi makanan hewan lain, makanan hewan pemakan bangkai. Bisa menjadi nutrient bagi tanah sampai mikroorganisme terkecil. Itu akan menjadi pupuknya hutan. Itu semua sudah menjadi komponen alam," ujar Rheza.

Jika traveler memiliki kepedulian pada kelestarian satwa liar, cara yang tepat adalah dengan turut menjaga habitatnya di alam. Traveler dapat berdonasi kepada lembaga konservasi atau menjadi relawan penyelamatan dan pelepasliaran satwa ke habitatnya.




(pin/fem)

Hide Ads