Ada banyak cara yang dapat traveler lakukan untuk menyelamatkan satwa liar dari kepunahan. Ingat, bukan dengan mengambilnya dari alam lalu dipindahkan ke rumah.
Saat ini, konten-konten mengenai satwa liar mudah didapatkan. Tidak perlu langsung datang ke alam, traveler dapat mengetahui kehidupan satwa liar melalui internet.
Sayangnya, tak semua konten satwa liar di internet itu tepat. Saat ini, banyak influencer baik di dalam maupun luar negeri yang memamerkan satwa liar koleksi mereka dengan narasi ingin menyelamatkan satwa liar dari dunia luar yang kejam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih parahnya, influencer ini umumnya tidak memiliki latar pendidikan di bidang konservasi. Mereka malah lebih banyak menunjukkan konten hiburan dengan bermain dengan satwa liar.
Salah satu konten yang disorot adalah Youtube Alshad Ahmad. Alshad kerap menunjukkan keakrab dengan anak-anak harimau yang dipelihara di rumahnya. Padahal, seharusnya satwa liar ada di habitatnya.
Menanggapi fenomena ini, Peneliti dan akademisi Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, Rheza Maulana, mengingatkan masyarakat untuk lebih kritis dalam mengonsumsi konten satwa liar di media sosial.
"Jangan diterima mentah-mentah semua yang ada di media sosial. Kalau ada orang bicara tentang satwa, dicek dulu orang ini punya kredibilitas atau tidak untuk bicara satwa. Minimal mereka ahli biologi, dokter hewan, atau praktisi konservasi," kata Rheza.
Selain itu, masyarakat juga diimbau untuk melihat segala sesuatu dari banyak perspektif. Jangan hanya mengandalkan satu sumber jika ingin mengetahui lebih banyak mengenai satwa liar.
"Jangan saklek dengan satu orang. Apalagi masih muda. Orang-orang itu ada yang sampai 20 tahun di bidang konservasi, mereka lebih berpengalaman dan kredibel. Ingat, ketenaran tidak sama dengan kepakaran," ujar Rheza.
Kemudian, Rheza juga mengingatkan masyarakat bahwa satwa liar bukan hewan peliharaan. Mereka memiliki naluri untuk tinggal di alam, bukan bermain dengan manusia.
"Sebisa mungkin Anda jangan berhubungan dengan satwa liar. Kalau mau belajar, boleh baca buku atau nonton dokumenter. Justru dari situ Anda akan punya ilmu lebih tinggi daripada nonton konten pelukan sama harimau dan ngasih makan harimau," ujarnya.
Bila traveler berniat menolong satwa liar dari kepunahan, Rheza menyarankan solusi dengan berdonasi atau menjadi relawan.
"Jika niatnya menolong satwa, banyak lembaga pemerintah dan non pemerintah yang bergerak di bidang penyelamatan, rehabilitasi, dan pelepasliaran satwa. Jika punya uang, bisa donasikan ke sana," kata dia.
"Jika punya tenaga lebih bisa menjadi relawan ke pusat rehabilitasi satwa. Kita bantu supaya satwa bisa dipulangkan," dia menegaskan.
(pin/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol