Jambore Pramuka Dunia di Korea Selatan menelan banyak korban karena cuaca panas ekstrem. Sejumlah kontingen memutuskan mundur dari acara ini.
Jambore Pramuka Dunia ke-25 sejatinya momen yang telah dinantikan para pramuka sejak pandemi COVID-19 melanda dunia. Akhirnya, pada tahun ini, mereka dapat berkumpul langsung di acara yang digelar mulai 1 - 12 Agustus 2023 itu.
Sayangnya, acara yang diharapkan akan seru itu malah berujung tragedi karena banyak peserta yang tumbang. Pada Jumat (4/8/2023) dilaporkan sebanyak 600 peserta jatuh sakit dan mendapatkan perawatan medis. Sehari kemudian, 132 orang lain juga sakit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penyebab utamanya karena suhu panas tinggi di Korea Selatan. Suhu di beberapa bagian negara lebih dari 38 derajat Celcius.
![]() |
Menanggapi situasi itu, Pemerintah Korea Selatan mengirimkan bantuan dengan menempatkan truk air, menyediakan ruangan ber-AC, menyediakan petugas medis dan pekerja sanitasi.
Akan tetapi sejumlah kontingen masih merasa tidak puas dan memutuskan mundur. Dilansir dari Reuters, Senin (7/8/2023) kontingen Inggris, Amerika Serikat, dan Singapura meninggalkan jambore di Saemangeum itu. Mereka memilih tinggal di hotel yang berada di Seoul.
Terkini, kontingen Australia juga mundur. Bukan hanya karena cuaca panas, mereka khawatir akan adanya topan yang diperkirakan melanda Korea Selatan.
![]() |
Sementara itu, kontingen dari Indonesia masih bertahan dan ingin tetap melanjutkan kegiatan jambore. Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Dito Ariotedjo mengatakan peserta masih semangat dan pihaknya juga terus memantau keadaan.
"Namun kami tetap memantau secara ketat terkait hal ini, kami sudah meminta ketua kontingen untuk segera antisipasi jika memang keadaan tidak memungkinkan agar tidak dilanjutkan," kata Dito.
"Tapi menurut laporan ketua kontingen, peserta Indonesia masih menunjukkan semangat dan jiwa survival yang tinggi, sementara kita menunggu perkembangan," sambungnya.
Jambore Pramuka Dunia di Korea Selatan banyak dikritik karena fasilitas yang tidak memadai. Tempat jambore itu sangat panas dan kurang teduh. Kemudian, pasokan air kurang.
Belum lagi layanan makanan dan sanitasi yang kurang akhirnya mendorong kelompok sipil, orang tua, dan Organisasi Gerakan Pramuka Sedunia untuk merekomendasikan acara itu ditutup pada Sabtu.
Tetapi, Pemerintah Korea Selatan memutuskan melanjutkan jambore. Mereka melakukan hal ini usai berkonsultasi dengan para kontingen pramuka.
(pin/fem)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Hutan Amazon Brasil Diserbu Rating Bintang 1 oleh Netizen Indonesia