Sebelum bendera merah putih dikibarkan pada 17 Agustus 1945, bendera itu sudah dinaikkan di Blitar. Lokasinya kini dikenal sebagai Monumen Potlot.
Monumen Potlot berdiri kokoh sebagai center of interest Taman Makam Pahlawan (TMP) Raden Wijaya, Blitar. Walaupun posisinya di bagian paling belakang, namun bentuknya yang runcing menjulang mirip ujung pensil, mampu menarik perhatian siapapun yang memasuki bagian dalam area makam.
Sejarawan Blitar, Bambang In Mardiono dalam bukunya berjudul Bunga Rampai Sejarah Blitar membeberkan alasan monumen itu dinamakan Potlot. Karena, para pejuang PETA didominasi pelajar yang berusia antara 14 sampai 16 tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nah, potlot atau pulpen, identik dengan alat menulis para pelajar tersebut. Meski masih belia, mereka harus berjuang untuk kemerdekaan bangsa.
Yup, momen pengibaran Sang Saka Merah Putih pertama kali sebelum Indonesia merdeka, memang menjadi satu rangkaian sejarah peristiwa pemberontakan PETA Blitar.
Kejadian ini berlangsung tepat pukul 03.30 WIB, pada 14 Februari 1945. Saat itu, seorang anggota PETA Blitar yang bernama Sudanco Parto Hardjono mengibarkan merah putih pada tiang bendera di tempat itu.
Tiang bendera itu dulu terletak di Lapangan Bendogerit Kota Blitar. Tempat biasa untuk berlatih para tentara pelajar untuk membantu Jepang menghadapi agresi militer tentara sekutu. Biasanya, setiap pukul 06.30 WIB, tiang itu dipakai mengibarkan bendera Hinomaru Jepang.
"Namun hari itu, 14 Februari 1942 pukul 03.30 WIB Sang Saka Merah Putih bisa dikibarkan dengan gagah oleh tentara PETA Sudanco Parto Hardjono. Ini lah pertama kalinya bendera Merah Putih sempat berkibar di Bumi Pertiwi jauh sebelum Indonesia merdeka. Walaupun hanya tiga jam saja. Karena setelah itu, tentara Jepang menangkap semua pemberontak PETA," tutur Mbah Gudel, panggilan akrab Bambang, ditemui detikJatim tiga tahun lalu.
Artikel selengkapnya baca di detikJatim.
(pin/pin)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan