Sampah plastik pernah dikeluhkan turis asing karena mencemari spot snorkeling di Nusa Penida. Kini, Gubernur Koster mengaku tak bisa mengatasi peredarannya di pasar tradisional.
Gubernur Bali Wayan Koster mengeluh masih banyak pedagang di pasar tradisional yang menggunakan kantong plastik atau kresek. Akibatnya banyak sampah kresek berwarna merah yang berserakan di area pasar.
"Pembatasan sampah plastik belum memuaskan. Toko modern, pasar swalayan, hotel, dan restoran sudah bagus. Tapi di pasar tradisional, belum (menghentikan penggunaan kantong kresek)," kata Koster di Denpasar, Rabu (23/8/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Koster tidak menyebutkan pasar mana saja yang masih menggunakan tas kresek untuk membungkus belanjaan. Yang jelas, dirinya hanya bisa pasrah melihat fakta tersebut.
"Apalagi di pasar-pasar tradisional. Betul-betul masih banyak (pasar tradisional) yang masih menggunakan tas kresek. Warnanya merah lagi. Saya kan merah. Jadi, saya terpaksa bersabar dahulu deh," kata Koster menyamakan warna merah tas kresek dengan partai politiknya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Bali I Made Teja mengatakan bahwa pihaknya sudah mencoba menerapkan pelarangan penggunaan tas kresek. Teja mengaku sudah berkoordinasi dengan dinas terkait untuk menjalankan Peraturan Gubernur 97 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik sekali Pakai.
"Bersama dengan Dinas Perdagangan dan Perindustrian untuk mengajak (berhenti menggunakan tas kresek). Pelan-pelan dahulu. Supaya ada semangat yang sama dengan Pergub 97 itu," kata Teja.
Sebelumnya, Koster sudah mengungkapkan keengganannya terhadap penggunaan tas kresek atau kantong plastik sejak 2021 lalu. Dia bahkan mengancam akan menutup distributor kantong plastik sekali pakai seperti kresek dan sedotan plastik.
Baca artikel selengkapnya detikBali
(msl/msl)
Komentar Terbanyak
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Foto: Momen Liburan Sekolah Jokowi Bersama Cucu-cucunya di Pantai
Aturan Baru Bagasi, Presdir Lion Air Group: Demi Keselamatan