Air Limbah PLTN Dilepas Jepang ke Samudera Pasifik, Dampak ke RI?

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Air Limbah PLTN Dilepas Jepang ke Samudera Pasifik, Dampak ke RI?

BBC Indonesia - detikTravel
Jumat, 25 Agu 2023 19:43 WIB
Atasi Krisis Energi, Jepang Berencana Hidupkan Kembali PLTN
PLTN di Jepang. (DW (News))
Jakarta -

Jepang mulai melepaskan secara perlahan air bekas pembagkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima ke Samudera Pasifik. Lalu bagaimana dampaknya buat Indonesia?

Pelepasan satu juta ton air radioaktif tersebut dimulai sejak Kamis (24/8/2023) pukul 13.00 waktu setempat. Pelepasan ini menuai banyak reaksi, banyak pihak khawatir akan dampaknya terhadap laut dan lingkungan sekitarnya.

Menanggapi hal tersebut, peneliti senior bidang nuklir dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Djarot Sulistio, mengatakan bahwa Indonesia tidak perlu khawatir akan potensi bahaya yang dapat muncul dari pelepasan air olahan bekas PLTN Fukushima.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Indonesia saya kira tidak perlu khawatir. Karena kita punya sistem untuk mengecek apakah ini oke atau tidak, apakah ikan atau produk-produk laut dari sekitar Fukushima itu ada kontaminasi atau tidak," ungkap Djarot kepada BBC News Indonesia.

Sebab, air itu sudah diolah hingga tinggal bahan yang disebut tritium, yakni zat isotop hidrogen yang dinilai tidak berbahaya bagi manusia jika kadar tritium tidak melebihi batas wajar. Bahkan, sudah disetujui oleh lembaga internasional IAEA.

ADVERTISEMENT

"Kalau saya dari sisi sains, itu tidak ada masalah. Tidak perlu dikhawatirkan... Sebenarnya masyarakat internasional, terutama negara-negara yang punya PLTN itu sudah biasa tiap kali melepas tritium ke sungai, danau atau laut tergantung PLTN tersebut berada di mana, selama itu konsentrasinya rendah," ujar Djarot.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa komunitas internasional tentu harus terus memonitor kelangsungan proses pelepasan air yang akan memakan waktu hingga 30 tahun. Baik dari sisi teknis maupun pengawasan dampak radiasi pada produk yang dikonsumsi.

Sementara itu, Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Rignolda Djamaludin, mengatakan tentu ada potensi risiko yang dapat muncul jika air yang dilepas belum sepenuhnya bebas dari zat radioaktif.

Mengingat bahwa, sambungnya, Indonesia sangat bergantung pada produk perikanan seperti tuna dalam kegiatan ekspor dan juga konsumsi dalam negeri.

"Salah satu [komoditas] ekonomi penting di kita yang diekspor yang dikonsumsi tuna. Tuna ini antara perairan kita dan perairan Jepang itu saling koneksi. Dan ingat radioaktif bukan sesuatu yang bisa dicerna, tetapi dia justru akan ada di jaringan," jelas Rigdola.

Ia mengatakan bahwa pergerakan ikan tuna di sekitar Fukushima bisa mencapai perairan Indonesia. Sehingga perlu dipastikan air yang dilepas oleh Jepang sudah betul-betul bebas dari zat radioaktif.

"Jepang harus punya tanggung jawab lebih terkait hal-hal seperti ini," katanya.




(wkn/wkn)

Hide Ads