Kasus hilangnya MH370 masih menjadi salah satu misteri penerbangan yang belum terpecahkan. Setelah pencarian panjang, peneliti akan segera mengungkap teka-teki itu.
Pesawat Malaysia Airlines hilang pada 8 Maret 2014 setelah 38 menit meninggalkan bandara Kuala Lumpur menuju Beijing. Nasib 237 penumpang pesawat masih belum diketahui.
Dilansir dari News.com.au pada Jumat (1/8/2023), peneliti telah merilis laporan setebal 229 halaman pada Rabu lalu. Laporan ini berisi petunjuk bahwa puing-puing yang hilang terletak sekitar 1.560 km sebelah barat Perth, Australia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Data itu didapatkan berkat teknologi radio amatir 'terobosan' yang dikenal sebagai weak signal propagation reporter atau WSPR.
Peneliti Richard Godfrey, Dr Hannes Coetzee dan Profesor Simon Maskell menggunakan WSPR untuk membantu mendeteksi dan melacak jalur penerbangan pesawat MH370.
"Teknologi ini telah dikembangkan selama tiga tahun terakhir dan hasilnya merupakan bukti baru yang kredibel," kata peneliti.
Hal ini sejalan dengan analisis yang dilakukan Boeing dan analisis pergeseran yang dilakukan oleh University of Western Australia mengenai puing-puing yang ditemukan di sekitar Samudera Hindia.
Ketika sebuah pesawat terbang melalui radar WSPR, pergerakannya mengganggu sinyal itu. Catatan itu tersimpan dalam database global.
Studi tersebut menggunakan 125 gangguan untuk membantu melacak jalur pesawat selama lebih dari enam jam setelah salah satu kontak radio terakhir sekitar pukul 6 sore.
Dikombinasikan dengan data Boeing, satelit Inmarsat, dan analisis penyimpangan, hal ini menyajikan hasil multidiscipliany yang signifikan yaitu lokasi kecelakaan yang sama.
"Bersama dengan data, gambaran komprehensif tentang jam-jam terakhir penerbangan MH370 dapat dikumpulkan," kata peneliti.
Penerbangan MH370 dialihkan ke Samudera Hindia kemudian jatuh karena kehabisan bahan bakar. Ini terlihat di beberapa titik sinyal terakhir setelah tengah malam.
"Pada saat artikel ini ditulis, MH370 masih belum ditemukan meskipun telah dilakukan pencarian ekstensif di permukaan dan bawah air," ujarnya.
Ia melanjutkan bahwa sekitar 10 juta penumpang komersial terbang setiap hari dan keselamatan industri penerbangan bergantung pada penemuan penyebab setiap kecelakaan.
Dr Westphal pertama kali mengusulkan penggunaan WSPR untuk melacak MH370 pada Juli 2020 menyusul proposal serupa dalam makalah NATO pada tahun 2016 untuk pesawat lain.
Lokasi baru berada di kedalaman 4.000 meter, sedikit ke utara dari perkiraan sebelumnya. Peneliti sedang mengusulkan luas area pencarian 130 km dikali 89 km.
Pakar penerbangan Geoff Thomas mengatakan kepada acara Today bahwa ia berharap pada laporan itu. Meskipun laporan itu masih menghadapi penolakan.
(bnl/fem)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol