Cuaca ekstrem terjadi berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Riset bersama dilakukan oleh peneliti di beberapa perairan.
Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan kerja sama dengan Laboratorium Oseanografi dan Modeling, Prodi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP), Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) dalam melakukan riset bersama untuk memantau kondisi cuaca laut ekstrim di Perairan Kepulauan Riau (Kepri).
Peletakan alat pantau dilakukan pada 5-8 September 2023 di perairan selatan Pulau Mantang. Sejumlah peralatan yang meliputi sensor data logger akan memberikan data tekanan muka laut, suhu muka laut, dinamika pasang surut air laut, arus laut, suhu udara, angin, curah hujan, dan kelembaban udara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara geografis Pulau Mantang yang berada di selatan Pulau Bintan. Ini membuatnya unik karena terletak di persimpangan antara Selat Malaka, Laut Natuna, dan Selat Karimata.
![]() |
"Keunikan letak pulau ini diharapkan dapat merekam data interaksi laut dan atmosfer yang mungkin memiliki indikasi adanya anomali," ujar Peneliti Ahli Utama Bidang Oseanografi Terapan dan Manajemen Pesisir, pada Pusat Riset Iklim dan Atmosfer (PRIMA), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada detikTravel pada Rabu (13/9).
Sebelumnya ada kecelakaan akibat anomali gelombang laut di Kepulauan Riau. Kapal pompong pengangkut tim sepakbola terbalik saat berlayar sekitar 500 meter dari Pelabuhan Penarik.
"Seharusnya angin dan gelombang dari arah selatan sudah habis di bulan September. Namun, pada kenyataannya masih ada, dan kadang-kadang disertai hujan," ujar Kepala Laboratorium Oseanografi dan Modeling FIKP UMRAH, Mario Putra Suhana
Sementara menurut, Peneliti Bidang Oseanografi Meteorologi BRIN, Herlina Ika Ratnawati, angin seharusnya bertiup dari barat pada bulan September hingga November di Perairan Kepri dan sekitarnya. Pada bulan Desember hingga Februari barulah angin bertiup dari utara.
"Perairan Kepri berpotensi mendapatkan kiriman gelombang alun (Swell) ekstrim dari Laut Natuna biasanya sepanjang Desember hingga Februari. Sedangkan kiriman dari arah selatan yakni dari Selat Karimata biasanya sepanjang Juni hingga Agustus," jelas Widodo.
![]() |
Dekan FIKP UMRAH, Dr. Noni T. Saleh, menyambut baik dan mendukung sepenuhnya riset kolaborasi tersebut, dan mengharapkan bisa berlanjut kepada menginvestigasi dampak variabilitas iklim laut terhadap keberadaan dan pola migrasi ikan pelagis ekonomis.
Hal senada juga diungkan oleh Rektor UMRAH, Profesor Agung Dhamar Syakti. Ia menyemangati dan mendukung kolaborasi antara UMRAH dan BRIN, tidak hanya di riset aspek Oseanografi dan Sains Atmosfer saja, melainkan juga perlu dilakukan pada aspek teknologi kemaritiman, seperti teknik instrumentasi kelautan dan teknik perkapalan.
(bnl/bnl)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum