Seorang pelancong anonim menceritakan pengalaman meninggalkan istri dalam penerbangan. Si istri terlambat boarding karena membeli kopi lebih dulu.
Pengakuan mengejutkan itu diunggah oleh si suami beberapa hari lalu ke subreddit Two Hot Takes dan telah mengundang hampir 8 ribu komentar. Yang mengejutkan, banyak pengguna mendukung keputusan suami meninggalkan istrinya.
Dilansir dari New York Post, Kamis (14/9/2023), pria anonim yang mengaku berusia 47 tahun itu bepergian dengan istrinya (43 tahun) untuk menemui putrinya di East Coast, Amerika Serikat (AS). Tidak disebutkan mereka terbang dari bandara mana. Hanya saja, mereka membutuhkan dua kali penerbangan untuk bisa menemui putri mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia membuka curhatan itu dengan menyebut kebiasaan yang bertolak belakang dengan istrinya soal manajemen waktu. Selama satu dekade bersama, dia bilang, istrinya lebih santai, bahkan cenderung ceroboh soal waktu.
"Saya suka mengatur segala sesuatunya dan memastikan bahwa kami tiba di tempat yang kami tuju lebih awal, terutama saat bepergian," katanya.
"Istri saya kebalikannya, sangat 'mengikuti arus' dan 'kita akan sampai di sana ketika kita sampai di sana'," dia menambahkan.
Kecerobohan istri itu bukan sekali atau dua kali berimbas kepada kerugian finansial. Termasuk saat mereka ketinggalan pesawat tahun lalu. Tepatnya, ketika hendak menengok putri mereka yang kuliah di East Coast.
Pria itu menceritakan tahun lalu mereka terlambat terbang gegara istrinya tidur terlalu lelap dan sulit dibangunkan. Padahal, dia sudah membangunkan berkali-kali. Setelah upaya kelima kalinya, barulah si istri bangun, mandi, dan sarapan sereal, kemudian berangkat ke bandara.
Sesampainya di bandara, pesawat yang seharusnya mereka tumpangi telah take off. Rencana yang telah dibuat bersama putri mereka pun berantakan.
"Berkaca pengalaman di bandara yang lalu, saya mengatakan kepadanya bahwa kami harus berangkat lebih awal agar tidak ketinggalan pesawat lagi," tulis si suami.
Kali ini si istri bisa bangun lebih mudah dan mereka berhasil sampai di gate penerbangan tepat waktu. Bahkan, mereka memiliki sedikit waktu luang. Si suami pun lega.
Penerbangan pertama mulus. Kendati sempat gelisah karena cukup lama menanti di ruang tunggu, mereka terangkut oleh pesawat dan tiba di bandara transit, tidak disebutkan di bandara apa.
Masalah muncul di bandara transit itu. Mereka memiliki waktu transit kurang dari satu jam ke penerbangan lanjutan.
Saat menunggu, si istri ingin membeli kopi, tetapi enggan membeli kopi yang berada di dekat gate penerbangan. Ia bersikeras untuk membeli Starbucks.
"Saya mengatakan kepadanya bahwa kami tidak bisa melakukan itu, kami tidak punya cukup waktu," kata dia.
Peringatan itu diabaikan oleh si istri. Dia bersikukuh mereka masih mempunyai cukup waktu dan akan menuju Starbucks sendiri jika tidak ditemani.
"Saya mencoba untuk mencegahnya, tetapi dia bertekad bulat. Dia berjalan pergi, dengan langkah yang cepat, dan mengatakan bahwa dia akan kembali tepat waktu," kata pria itu.
15 menit berlalu, boarding dimulai tetapi istri belum juga menampakkan batang hidungnya. Suami mulai panik dan berulang kali menelepon istri.
"Mereka memanggil kelompok lain, lalu memanggil kelompok kami. Dengan panik saya menelepon istri saya lagi tiga kali, akhirnya pada panggilan terakhir dia menjawab dan mengatakan sedang menuju tempat boarding. Antrean panjang dan dia harus menunggu sebentar. Saya mengatakan kepadanya bahwa mereka hampir selesai boarding dan dia harus bergegas," kata suami.
Suami menyebut dia menunggu hingga panggilan terakhir dan memutuskan untuk memasuki pesawat karena sudah waktunya take off. Setelah duduk di dalam pesawat beberapa menit, barulah si istri meneleponnya.
"Dia mengatakan kepada saya bahwa saya harus bilang kepada kru kabin agar saya bisa turun dari pesawat dan menemani dia. Saya berkata 'Tidak'. Tidak adil untuk melakukan hal ini lagi... Saya bilang kita tidak mempunyai waktu lagi sekaligus menyatakan bahwa dia harus tetap terbang," kata pria itu.
Dia menyuruh si istri untuk membeli tiket penerbangan berikutnya sehingga tetap bisa berakhir pekan bersama putrinya.
Kisah itu menuai pujian dari pengguna di Reddit. Tidak sedikit yang menceritakan pengalaman serupa. Salah satu pembaca bahkan 'menghukum' istrinya yang suka ngaret dengan berlayar selama 10 hari.
"Sejak itu dia tidak pernah terlambat lagi," ujarnya.
"Istri Anda bertingkah seperti anak kecil yang sok tahu. Tidak, kami tidak akan menahan pesawat agar dia bisa minum kopi," kata yang lain lagi.
Netizen lain bahkan ada yang mencurigai perilaku sang istri memiliki maksud terselubung dengan tingkahnya itu. Mereka mengaitkan status si anak sebagai putri tiri suami.
"Hati-hati, sepertinya... istri Anda ingin menjauhkan Anda," ujar seorang pengguna.
Bagaimana pendapat traveler? Setuju dengan keputusan suami atau mendukung permintaan istri?
(wkn/fem)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!