Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menggelar Nemuin Komunitas (Netas) di kawasan Titik Nol Ibu Kota Nusantara (IKN). Terungkap tetua adat Kampung Balik Sibukdin ingin menjumpai Menparekraf Sandiaga Uno secara langsung.
Netas dilaksanakan pada Rabu (4/10/2023). Subakdin menjadi salah satu komunitas yang hadir dalam acara itu 90 peserta dari 61 komunitas di Penajam Passer Utara lain di kawasan IKN. Sementara itu, dari Kemenparekraf hadir Kepala Biro Komunikasi Kemenparekraf I Gusti Ayu Dewi Hendriyani dan Sekretaris Kemenparekraf Ni Wayan Giri Adnyani, kemudian staf ahli Menparekraf Genty Garnasih, yang juga pakar hukum pidana ekonomi dan pencucian uang, serta Direktur Kebudayaan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Lingkungan Otorita Muhsin Parinlungi.
"Kami menemukan jalan buntu karena mata pencaharian kami hilang, hutan kami hilang, sebagian, bukan sebagian, tetapi hanya berapa persen yang tertinggal. Kami ini dulu hidupnya di hutan, di sungai, tetapi sekarang sudah hampir punah. Bagaimana otoritas IKN memberikan kami penerang supaya kami bisa menentukan kelanjutan hidup di masa datang," kata Subakdin dalam sesi tanya jawab.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami heran kenapa justru kepada adat lain yang diajak bicara, dari suku Kaltara, suku Dayak, dll, dari yang jauh-jauh. Mereka memang suku asli Kalimantan, tetapi mereka jauh, sedangkan kami yang ada di atas tanah ini tidak diundang, Itulah kenapa kami selalu vokal menyatakan pendapat," dia menambahkan.
"Kemudian, satu harapan muncul saat kami diajak menemui kementerian. Sayangnya, kami tidak bertemu dan bertatap muka secara langsung dengan Sandiaga Uno, kebetulan kami disambut ibu Oneng (Sekretaris Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur), kami ngobrol agak lama dan ditanggapi dengan baik. Seandainya bisa berjumpa langsung dengan Sandiaga Uno...," kata Subakdin lagi.
Subakdin menyebut keinginan untuk menjumpai Sandiaga secara langsung itu adalah agar dia bisa mendapatkan informasi, berupa pembinaan dan arahan, yang lebih baik untuk mendapatkan mata pencaharian baru setelah hutan habis. Dia melihat, melalui pariwisata, Suku Adat Balik bisa bangkit.
"Kami memiliki Gunung Parung. Kalau Gunung Patung dikelola dengan baik maka akan lebih mantap. Lokasinya lebih dekat ketimbang menuju Gua Tapak Raja di Wonosari, sekitar 20 km saja dari Titik Nol, jalan sudah ada tetapi kurang sempurna, sedan tidak bisa masuk, Estrada, Avanza bisa masuk," kata Subakdin.
"Di sana ada air terjun yang indah sekali, air terjun bertingkat. Tetapi, belum ada akses jalannya, 70 persen masih hutan belantara, kayu dan buah-buahan alam ada di situ. Kami berharap ada pembinaan ekonomi, wisata, SDM. Itu yang ingin saya sampaikan kepada Sandiaga Uno," dia menegaskan.
![]() |
Sekretaris Kemenparekraf Ni Wayan Giri Adnyani, yang hadir dalam acara itu, merespons keinginan Subakdin. Dia menyebut pengembangan pariwisata Kampung Balik bukan tidak mungkin, tetapi memerlukan syarat.
"Saya sangat mengapresiasi keinginan kuat bapak untuk mengembangkan pariwisata di IKN. Pengembangan pariwisata di desa atau masyarakat adat harus mengetahui lebih dulu keinginan masyarakatnya seperti apa. Prosesnya bisa dibalik seperti ini, seperti Desa Penglipuran di Bali, desa itu tumbuh bukan untuk dijadikan desa wisata, tetapi desa itu memegang prinsip bagaimana bisa lestari, tetapi dalam prosesnya berkembang sebagai wisata," kata Giri.
"Kemudian, perlu dipertimbangkan kapasitas kawasan itu. Selain itu, semua perlu proses, karena seperti Bali pun, dari kacamata sastrawan, dibangun sebagai satu destinasi sejak zaman Belanda. Bukan satu atau dua tahun," dia menambahkan.
Giri menyebut Kemenparekraf bersama Otorita IKN telah memiliki rancangan pembangunan wisata untuk Kampung Balik. Mereka akan mengajak perwakilan Kampung Balik duduk satu meja.
"Bersama Otorita IKN, kami berencana menjadikan Kampung Balik sebagai kampung budaya. Kami siap berkolaborasi dan perlu melakukan diskusi, apa yang diinginkan masyarakat dan dari kami," kata Giri.
"Kami akan memberikan guidance, seperti apa pembangunan pariwisata, kalau kita bicara wisata berkualitas dan berkelanjutan, seharusnya yang mendapatkan manfaat paling banyak itu masyarakatnya. Itu konsepnya, nanti kita bicara lebih lanjut untuk mewujudkannya. Selain itu perlu ada Pokdarwis, karena berbagai elemen masyarakat bisa bergabung," ujar Giri.
(fem/wsw)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!