Becak di Prawirotaman, Yogyakarta bersaing dengan moda transportasi online untuk melayani turis asing. Kini, jumlahnya tidak sebanyak dulu lagi.
Tepat ketika memasuki gapura Prawirotaman, traveler akan menjumpai becak-becak yang berbaris di pinggir jalan. Sebagian tukang becak aktif menawarkan jasa ke pengunjung yang lewat, sebagian lain santuy menunggu giliran.
Yanto, salah satu tukang becak yang mangkal di Prawirotaman sejak 1988, mengatakan becak sudah menjadi moda transportasi sejak 1980-an. Bahkan, dulu jumlah tukang becak di sini lebih banyak daripada sekarang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia juga mengatakan bahwa dari dulu becak menjadi ppilihan turis asing untuk keliling kawasan sekitar, meskipun belum banyak hotel yang beroperasi. Sebaliknya,, hampir tidak ada turis lokal yang datang menggunakan becak kala itu.
"Tamunya cuma orang asing dulu, banyak Italia, Prancis, orang-orang Eropa gitulah. Rombongan sekolah gitu belum banyak," ujarnya.
Karena banyak berinteraksi langsung dengan turis asing, beberapa tukang becak di Prawirotaman bisa berkomunikasi dengan bahasa asing. Mulai dari bahasa Inggris, Jepang, Prancis, hingga Belanda. Walaupun tidak semuanya bisa secara fasih berbicara bahasa asing, tapi tukang becak di sini bisa bisa menggunakan bahasa Inggris untuk sekadar ngobrol ringan.
"Bahkan, salah satu tukang becak ada yang bisa beberapa bahasa asing," kata dia.
![]() |
Tukang becak ini biasanya mengantar turis di Prawirotaman yang ingin ke tempat wisata terdekat seperti Keraton Yogyakarta, museum, dan Taman Sari. Tarif perjalanan bisa mulai dari Rp 10 ribu tergantung jarak perjalanan, setiap tukang becak juga biasanya menerapkan tarif yang berbeda-beda.
Namun, sayangnya sekarang tidak terlalu banyak turis yang berminat menggunakan becak sebagai pilihan transportasi mereka. Sekarang lebih banyak yang memilih pilihan praktis seperti ojek online. Kadang tukang becak bisa hanya mendapatkan satu penumpang dalam sehari.
"Saya hari ini baru dapat 10 ribu tadi satu kali, dulu bisa sampai 100 ribu lebih," kata Yanto.
Meskipun begitu, masih ada pula tukang becak yang beruntung mendapat banyak penumpang dalam satu hari walaupun tidak setiap hari.
"Satu hari ada juga kadang bisa dapat sampai 100 atau 200 ribu, tapi ya ndak tentu," ujar Boleng, tukang becak lainnya.
Tukang becak lain, Wiratno mengaku bahwa penghasilan dari narik becak ini semakin tidak menentu dan tidak bisa disamakan pula setiap becaknya. Perpindahan becak kayuh ke becak motor pun menjadi salah satu bentuk adaptasi untuk mendapatkan penumpang di masa sekarang agar becak lebih cepat dan hemat tenaga.
"Lebih enak becak kayuh sih daripada becak motor, walaupun lebih capek tapi nggak tau ya lebih enak aja bawanya, tapi kan kita menyesuaikan," kata dia.
Bagi traveler yang sedang di Prawirotaman dan ingin berkeliling kota Jogja, boleh banget mencoba naik becak-becak ini. Pengemudinya ramah dan mudah pula ditemukan di sekitar jalan.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari AS, Garuda Ngaku Butuh 120 Unit