Turis China dipaksa pemandu wisata untuk belanja oleh-oleh dilaporkan terjadi di Korea Selatan. Kasus ini rupanya telah terjadi sejak 2017.
Turis China memang menjadi idaman banyak destinasi wisata karena dianggap berduit. Hanya, belakangan ini terkuak bahwa mereka seringkali dijebak hingga dipaksa pemandu wisata untuk menghabiskan uang di toko oleh-oleh.
Setelah sebelumnya kasus ini ramai diberitakan terjadi di Provinsi Yunnan, China, sekarang kasus serupa dilaporkan terjadi di Korea Selatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari Korean Times, Jumat (20/10/2023) seorang anggota parlemen mengatakan sekelompok turis China mengunjungi Korea Selatan ditekan pemandu wisata untuk berbelanja di toko-toko atau memilih program wisata opsional.
Menurut dokumen yang disampaikan Perwakilan Kim Seung-su dari People Power Party, sebanyak 24 kasus tercatat terjadi antara 2017 dan September tahun ini. Catatan ini didapatkan dari Korea Tourism Organization (KTO).
Laporan tersebut mengatakan bahwa beberapa turis China dibawa ke toko dan dipaksa membeli produk kosmetik, suplemen nutrisi, dan barang bebas bea.
"Pemandu dan pemimpin tur membawa kami ke toko ginseng di Seoul. Mereka membawa kami ke sebuah ruangan, mengunci pintu dan memblokir pintu masuk," demikian bunyi sebuah laporan dari seorang wisatawan China yang mengatakan dalam bahasa Korea yang diterjemahkan.
Kelompok ini digiring ke dua toko lainnya yang berada di lokasi terpencil. Di sana, beberapa penjualnya adalah warga negara China.
Sementara itu dalam laporan lain, tertulis pengalaman serupa di mana pemandu tidak akan membiarkan kelompok itu meninggalkan toko kecuali wisatawan melakukan pembelian dan memenuhi kuota penjualan yang ditentukan.
Beberapa pemandu bahkan mengejek turis China yang menolak berbelanja dan mereka dilaporkan mengklaim bahwa berbelanja adalah bagian dari program tur yang diminta oleh pemerintah Korea.
Pemandu lain bahkan meminta wisatawan China untuk membayar dan berpartisipasi dalam aktivitas wisata opsional seharga 400 yuan China setelah mereka menolak berbelanja.
Jika tidak, mereka harus membayar denda sebesar 1.500 yuan atau sekitar Rp 3,4 juta karena menyimpang dari jadwal. Akhirnya sebagian besar anggota kelompok memilih untuk membayar program opsional yang lebih murah.
Untuk mencegah terjadinya praktik pemalakan ini, Asosiasi Pemandu Wisata Korea (KOTGA) mendesak industri untuk melakukan reformasi dan menyerukan sistem sertifikasi pemandu untuk mengontrol kualitas program tur ke Korea.
"Malpraktek industri selama bertahun-tahun yang hanya berfokus pada menghasilkan keuntungan memainkan peran yang sangat penting dalam merusak citra negara," kata Presiden KOTGA, Park Insook.
Insook juga memperingatkan bahwa hal ini dapat berdampak serius pada industri dalam jangka panjang.
Pada bulan September, Asosiasi Agen Perjalanan Korea (KATA) mengumpulkan agen-agen domestik yang bertanggung jawab atas tur kelompok China dan mengadakan pertemuan untuk berkampanye melawan praktik belanja paksa tersebut.
Namun, Insook yakin tindakan yang dipimpin pemerintah diperlukan.
"Otoritas perjalanan harus menetapkan pedoman yang rinci dan spesifik terhadap praktik bisnis industri yang tidak adil, seperti belanja paksa, dan memobilisasi kekuasaan administratif untuk menghukum pelanggar," katanya.
Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata bulan lalu mengumumkan rencana untuk menindak praktik bisnis tidak adil yang dilakukan industri pariwisata, termasuk membebankan biaya yang berlebihan kepada wisatawan, membayar karyawan pariwisata dengan gaji rendah, dan memaksa wisatawan kelompok China untuk berbelanja, guna meningkatkan pengalaman perjalanan pengunjung asing.
Menanggapi meningkatnya kritik terhadap kebiasaan industri yang melakukan belanja paksa, kementerian berencana untuk mendirikan pusat pelaporan untuk memantau malpraktik tersebut.
(pin/fem)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan