Jembatan kaca yang menghubungkan Kampung Warna-warni dengan Kampung Tridi di Kota Malang, menjadi yang pertama di Indonesia. Jembatan yang kini ditutup karena retak itu juga menjadi ikon wisata Kota Malang. Namun, semenjak diresmikan 2017, perawatan dilakukan warga di kedua kampung tematik itu.
"Sejak diresmikan, perawatan jembatan dilakukan oleh kami warga Kampung Tridi dengan warga Kampung Warna-warni," ujar Ketua RW 12, Kelurahan Kesatrian, Kota Malang, Adnan kepada detikJatim, Sabtu (28/10/2023).
Sekadar diketahui, Kampung Tridi berada di lingkungan RW 12, Kelurahan Kesatrian, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. Sementara Kampung Warna-warni berada di Kelurahan Jodipan, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. Kedua kampung tematik yang menjadi ikon wisata Kota Malang ini dipisahkan aliran sungai Brantas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adnan menyebut, beberapa kali perawatan pernah dilakukan warga Kampung Tridi dan Kampung Warna-warni semenjak jembatan kaca diresmikan. Berupa pengecatan ulang untuk mempercantik jembatan kaca. Biaya pengecatan ulang itu ditanggung kedua kampung.
"Kalau perawatan yang kami, pernah tiga kali, kami warga Kampung Tridi dan Kampung Warna-warni melakukan pengecatan ulang. Kalau pemeliharaan dan perawatan dilakukan setiap dua minggu sekali. Biayanya kami ambil dari uang kas hasil penjualan tiket masuk wisatawan," sebutnya.
Dari informasi yang dirinya diketahui, belum ada penyerahan jembatan kaca yang dibangun dari Corporate Social Responsibility (CSR) tersebut kepada pihak manapun.
"Kalau setahu kami belum ada penyerahan. Informasi dari Kampung Warna-warni juga begitu. Sejak diresmikan tidak ada (subsidi bantuan), kami jalan dari hasil penjualan tiket masuk," terangnya.
Menurut Adnan, harga tiket masuk Kampung Tridi maupun Kampung Warna-warni dibandrol Rp 5 ribu per orang. Dari penjualan tiket itu, lanjut Adnan, pihaknya memberikan suvenir gantungan kunci, yang merupakan hasil kerajinan ibu-ibu di Kampung Tridi.
"Tiket kami Rp 5 ribu, pengunjung nanti diberikan gantungan kunci. Dari Rp 5 ribu itu, Rp 1.500 untuk membayar gantungan kunci yang dibuat oleh ibu-ibu, kemudian parkir, dan baru sisanya Rp 2.500 kami masukkan kas," tuturnya.
Adnan mengaku, pihaknya telah diundang oleh dinas terkait untuk membahas rencana perbaikan jembatan kaca pada Selasa pekan depan. Pembahasan itu juga akan melibatkan pengelola dari Kampung Warna-Warni.
"Selasa depan, kami diundang untuk membahas soal jembatan kaca di Balai Kota Malang," akunya.
Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang, Perumahan, dan Kawasan Permukiman (DPUPRPKP) Kota Malang mengatakan, pembangunan jembatan kaca hasil CSR perusahaan dengan salah satu perguruan tinggi. Statusnya hingga kini belum diketahui apakah sudah diserahkan kepada Pemerintah Kota Malang atau belum.
"Setahu saya jembatan itu CSR, dan belum diserahkan ke pemkot," tegas Kadis PUPRPKP Kota Malang Dandung Djulharjanto terpisah.
Dandung menambahkan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata untuk menelusuri apakah keberadaan jembatan kaca telah diserahkan kepada Pemkot Malang. Juga untuk mengetahui detil konstruksi jembatan, sebelum nantinya dilakukan perbaikan retakan.
"Jadi, jembatan itu yang bangun dari salah satu perguruan tinggi, pada saat ada mahasiswa KKN. Sampai saat ini informasinya jembatan itu belum diserahkan ke Pemkot Malang. Sehingga seperti gambar teknis, gambar konstruksi masih ada di pihak yang membuat itu," jelas Dandung.
"Saya sudah koordinasi dengan Kadispora bahwa Selasa nanti kita bahas dulu, terkait datanya, termasuk dari perguruan tinggi, setelah kita tahu gambar konstruksinya nanti baru kita lakukan perbaikan, biar segera ditangani," sambungnya.
Artikel telah tayang di detikjatim
https://www.detik.com/jatim/berita/d-7007156/jembatan-kaca-kampung-warna-warni-retak-biaya-perawatan-ditanggung-warga.
(sym/sym)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!