Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) Muhammad Awaluddin berpendapat wisatawan tak akan kehilangan minat ke Bandung meskipun bandara dipindahkan ke Bandara Kertajati, Majalengka.
Dia menjelaskan, saat ini akses dari dan menuju Bandara Kertajati sudah dipermudah dengan hadirnya Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu).
Awaluddin menjelaskan, selama ini masalah utama sepinya Bandara Kertajati adalah sulitnya akses menuju ke sana. Namun, dengan dibukanya Tol Cisumdawu pada Juli 2023, traveler dapat mencapai bandara itu dengan lebih mudah menggunakan transportasi darat.
Perjalanan menuju Bandung dari Kertajati memakan waktu sekitar satu jam melalui tol tersebut. Dengan segala kemudahan yang ada, Awaluddin berpendapat wisatawan akan tetap antusias ke Bandung.
"Jadi orang tidak akan meninggalkan minatnya menuju Bandung," kata Awaluddin kepada wartawan di kawasan Dago, Sabtu (28/10/2023).
Namun, Awaluddin juga mengingatkan Pemerintah Kota Bandung untuk segera mempersiapkan alat transportasi publik yang semakin mempermudah mobilitas pelancong. Dengan begitu, Bandung dapat menjangkau lebih banyak turis baik domestik maupun internasional.
"Menurut saya Pemkot Bandung harus dengan progresif merespon terhadap dukungan transportasi publiknya yang lebih massal," kata dia.
Awaluddin mencontohkan program BRT di mana bus akan mengantarkan penumpang dari Bandung ke Kertajati dan sebaliknya. Hal ini juga dapat ditiru daerah sekitarnya yang juga punya potensi wisata besar seperti Cirebon, Majalengka, Indramayu, Sumedang, hingga Subang.
Transportasi ini juga harus dibuat senyaman dan seterjangkau mungkin. Awaluddin memberikan contoh warga Bogor yang hendak terbang melalui Bandara Soekarno-Hatta dapat langsung naik bus Damri menuju terminal tujuan dengan durasi sekitar 2 jam.
"Ini memang sesuatu yang harus dikomunikasikan dan tarif menurut saya juga Damri pasang tarif Rp 120 ribuan, termasuk shuttle travel juga, saya rasa affordable dan kompetitif," pungkasnya.
Simak Video 'Bandara Kertajati Beroperasi Penuh, Gantikan Peran Husein Sastranegara':
(pin/sym)