Suara-suara keluhan penumpang masih terdengar sepekan jelang peralihan penerbangan komersial pesawat dari Bandara Husein Sastranegara ke Bandara Kertajati.
Pemindahan itu rencananya akan terjadi pada Minggu 29 Oktober 2023 mendatang. Masih banyak penumpang yang dibuat bertanya-tanya terkait kebijakan itu, seperti yang diungkapkan Indra Maulana (20) asal Tasikmalaya. Indra mengaku belum mengetahui terkait rencana peralihan penerbangan dari Bandung ke Majalengka.
"Belum tahu penerbangan ke BIJB," kata Indra di Bandara Husein, Senin (23/10/2023) lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski belum tahu, namun Indra mengaku memilih untuk terbang dari Kertajati. Sebab kata dia, jarak dari rumahnya di Tasikmalaya lebih dekat menuju Kertajati ketimbang ke Bandung. Namun dia belum memahami moda transportasi untuk menuju Bandara Kertajati.
"Paling ke sana (Kertajati), karena kan Tasik dekat sama Majalengka. Tapi mungkin harus jelas dulu aksesnya pakai apa ke Majalengka ya," ujarnya.
"Saya terbang ke Balikpapan sebulan sekali jadi semoga aja ada diskon atau promo dan juga dipermudah saja soal angkutan pendukungnya," imbuh Indra.
Penumpang lainnya Rahayu (32) asal Kalimantan Timur menyatakan sudah mengetahui rencana peralihan penerbangan tersebut. Indah mengaku jarak dari bandara Kertajati cukup jauh, lantaran dirinya datang ke Bandung untuk melaksanakan tugas pekerjaan.
"Dari Kaltim, sering ke sini (Bandung), kalau tugas kalau ke sini ya ke sini. Agak jauh kan ya," singkat Rahayu.
Sementara Iqbal (25) warga Kota Cimahi yang sudah mengetahui soal peralihan penerbangan dari Bandung ke Kertajati mengaku tidak setuju dengan hal tersebut dengan alasan jarak yang semakin jauh.
"Kalau buat saya warga Cimahi keberatan karena makin jauh jaraknya, lebih dekat ke Bandung. Tapi dari pada dari Soekarno Hatta yang jaraknya lebih jauh, pasti makan waktu yang lebih lama juga ke sananya," ucapnya.
Iqbal pun hingga saat ini masih belum mengetahui moda transportasi pendukung apa saja yang disiapkan pemerintah untuk calon penumpang yang akan terbang dari bandara Kertajati.
"Belum tahu travel ada atau enggaknya yang ke sana. Tapi kalau memang lebih murah tidak apa-apa. Mungkin lebih bagus lagi ada kereta api ke sana, kalau lewat jalan raya takutnya macet," katanya.
Terpisah, Penjabat (Pj) Gubernur Jabar Bey Machmudin memastikan pemerintah akan bekerja keras mensosialisasikan peralihan penerbangan dalam waktu sepekan ini. Bey menyebut harus ada sosialisasi khusus kepada penumpang terkait peralihan itu.
"Ya kami seminggu ini akan kerja keras untuk memastikan, termasuk juga kerjasama dengan aplikasi-aplikasi ya, supaya kalau boleh ada semacam apa ya, pemberitaan khusus bahwa mulai Oktober di Hussein sudah dialihkan ke Kertajati," ucap Bey.
"Karena kan susah ya, karena mungkin kan penumpang masih pilihannya misalnya Denpasar-Bandung gitu kan. Mungkin apakah bisa langsung otomatis dari aplikasi, Bandung itu langsung menunjuk ke Kertajati," sambungnya.
Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah I Kelas Utama Yufridon Gandoz Situmeang turut merespon keluhan-keluhan penumpang soal peralihan penerbangan. Menurut Gandoz pihaknya akan berupaya untuk membuat penumpang nyaman terbang dari Bandara Kertajati.
"Jadi sebenarnya memang ini salah satu tantangan kita, bagaimana terus menyiarkan kepada tamu-tamu yang akan hadir. Jadi kami menyampaikan bahwa transportasi dari sisi darat, baik dari Damri, shuttle dan sebagiannya kita siapkan," ucap Gundoz.
Menurutnya saat ini pemerintah terus mempersiapkan sarana penunjang hingga penyediaan konektivitas menuju Bandara Kertajati. Tujuannya agar masyarakat bisa dengan mudah menjangkau Bandara Kertajati.
"Tentunya dari bagaimana melayani masyarakat dengan baik, mempersiapkan dari dia sejak berangkat dari rumah sampai ke tujuan di Kertajati. Pokoknya terbang asik dari Kertajati," pungkasnya.
------
Artikel ini telah naik di detikJabar.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan