Gambar buah semangka gaduh berseliweran di media sosial sebagai penanda menunjukkan dukungan terhadap Palestina yang digempur Israel. Apa maknanya?
Di Jepang, semangka dibicarakan dan menjadi buruan wisatawan karena dibuat unik. Salah satunya semangka Densuke yang menjadi semangka termahal di dunia dengan harga mencapai 750 ribu yen sekitar Rp 80 juta.
Kini, semangka kembali menjadi pembicaraan, tetapi bukan sebagai buah dengan rekor terbesar atau termahal. Semangka dijadikan penanda dukungan terhadap Palestina yang dihajar Israel sejak 7 Oktober 2023.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penggunaan gambar semangka sebagai simbol Palestina bukan kali pertama ini terjadi. Dikutip dari Time, semangka muncul pertama kali setelah Perang Enam Hari pada 1967, ketika Israel menduduki Tepi Barat dan Gaza, serta mencaplok Yerusalem Timur.
Saat itu, pemerintah Israel mengancam siapapun yang memajang bendera Palestina dianggap sebagai tindak pidana di Gaza dan Tepi Barat. Untuk menyiasatinya, orang-orang Palestina menggunakan semangka.
Saat dibelah, penampakan warna semangka menyerupai bendera nasional Palestina. Yakni, dagingnya yang merah, bijinya yang hitam, dan kulitnya yang hijau.
Namun, pemerintah Israel dengan cepat menyadari arti dari semangka ini. Otoritas pun memperluas larangan tidak cuma di bendera, tetapi juga gambar semangka maupun segala hal yang menayangkan tiga warna tersebut.
Seniman Sliman Mansour mengatakan kepada The National pada 2021 bahwa pejabat Israel pada 1980 menutup pameran di 79 galeri di Ramallah hanya karena mendeteksi adanya penggunaan ketiga warna bendera nasional Palestina.
"Mereka mengatakan kepada kami bahwa melukis bendera Palestina dilarang, begitu pula melukis dengan warna bendera itu. Jadi, Issam (seniman Issam Badrl) bertanya, 'Bagaimana jika saya membuat bunga merah, hijau, dan putih?', petugas itu menjawab dengan marah 'Akan disita. Bahkan, andai kamu melukis semangka, juga disita'," ujarnya.
Larangan terhadap bendera Palestina itu dicabut pada 1993. Itu setelah muncul Kesepakatan Oslo (Oslo Accords) yang mensyaratkan pengakuan bersama oleh Israel dan Palestina.
Kesepakatan itu menjadi perjanjian formal Israel-Palestina pertama yang mencoba menyelesaikan konflik kedua wilayah selama beberapa dekade.
The New York Times juga pernah mencatat peran semangka sebagai simbol Palestina selama masa larangan bendera. Menurut laporan tersebut, para pemuda di Jalur Gaza ditangkap karena membawa irisan semangka saat unjuk rasa.
Penggunaan semangka sebagai simbol Palestina juga merebak pada 2007, saat peristiwa Intifada Kedua.
Pada 2021, semangka juga kembali populer saat pengadilan Israel memutus keluarga Palestina di Yerusalem Timur untuk diusir dari rumah mereka.
Pada Januari 2023, Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir memberi polisi negara itu kewenangan untuk menyita bendera Palestina.
Langkah itu diikuti oleh pemungutan suara untuk melarang bendera Palestina ditampilkan di institusi yang dibiayai pemerintah, termasuk universitas. RUU ini mulanya lolos, namun batal setelah Israel membubarkan parlemen.
Zazim, organisasi masyarakat Arab-Israel, meluncurkan kampanye memprotes penangkapan dan penyitaan bendera pada Juni. Seiring dengan protes ini, gambar-gambar semangka pun terpampang di taksi-taksi yang beroperasi di Tel Aviv.
"Pesan kami kepada pemerintah jelas; kami akan selalu menemukan cara untuk menghindari larangan yang tidak masuk akal dan kami tidak akan berhenti berjuang untuk kebebasan berekspresi dan demokrasi," kata direktur Zazim, Raluca Ganea.
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol