Ini sebuah harta karun tidak biasa. Lebih dari 100 surat cinta tidak pernah sampai ke tangan pemiliknya, teronggok di dalam kotak selama 265 tahun.
Dilansir dari CNN, Rabu (8/11/2023), surat-surat itu ditulis oleh anggota keluarga kepada pelaut Prancis di kapal Galatee. Kantor Pos Perancis mengirimkan surat-surat itu ke beberapa pelabuhan di Prancis untuk dilanjutkan ke kapal Galatee.
Kendati sudah amat dekat dengan kapal Galatee, tetapi surat itu tidak pernah sampai ke tujuan.
Kapal Galatee ditangkap oleh Inggris pada 1758. Saat itu, kapal tersebut berlayar dari Bordeaux ke Quebec dan terjadi Perang Tujuh Tahun, pertempuran antara Inggris dan Prancis untuk menguasai Amerika Utara dan India. Kru kapal dipenjara.
Perang itu berakhir dengan Perjanjian Inggris.
Sementara itu, surat-surat tersebut terlupakan, teronggok di tumpukan, masih disegel dengan lilin merah. Hingga kemudian, surat-surat itu disita dan diserahkan ke Admiralty Angkatan Laut Kerajaan Inggris di London.
Kini, setelah 265 tahun surat-surat itu dibuka dan dibaca untuk pertama kalinya. Isinya memberikan konteks sejarah yang sangat menarik dan langka tentang bagian masyarakat pada saat itu.
Penulis utama studi tersebut, Renaud Morieux, profesor sejarah Eropa dan rekannya di Pembroke College di Cambridge di Inggris, yang mengungkapkannya. Penelitian itu diterbitkan pada hari Senin (5/11) di jurnal Prancis Annales. Histoire, Sciences Sociales.
"Surat-surat ini adalah tentang pengalaman manusia yang universal, tidak hanya terjadi di Prancis atau abad ke-18," kata Morieux dalam sebuah pernyataan.
"Surat-surat ini mengungkapkan bagaimana kita semua menghadapi tantangan hidup yang besar. Ketika kita terpisah dari orang yang kita cintai karena peristiwa di luar kendali kita seperti pandemi atau perang," dia menambahkan.
"Kita harus mencari cara untuk tetap berhubungan, bagaimana meyakinkan, merawat orang lain, dan menjaga agar semangat tetap hidup. Saat ini kita memiliki Zoom dan WhatsApp. Pada abad ke-18, orang-orang hanya memiliki surat, namun apa yang mereka tuliskan terasa sangat akrab," kata dia lagi.
Beberapa korespondensi berasal dari para istri pelaut yang mengirimkan surat cinta kepada suami mereka. Mereka berharap dapat berkumpul kembali atau menunggu kabar apakah orang yang mereka cintai selamat.
Sekitar 59% dari surat-surat tersebut ditandatangani oleh perempuan, yang memberikan wawasan tentang literasi lintas kelas dan bagaimana membuat keputusan penting di rumah saat suami mereka mengarungi lautan.
"Saya bisa menghabiskan waktu semalaman untuk menulis surat kepadamu... Saya adalah istrimu yang setia selamanya," tulis Marie Dubosc.
"Selamat malam, sahabatku. Sekarang sudah tengah malam. Saya rasa sudah waktunya bagi saya untuk beristirahat," kata dia.
Surat itu ditujukan kepada Louis Chambrelan, suaminya dan letnan pertama kapal. Dia tidak pernah menerima surat itu dan tidak pernah melihat istrinya lagi.
Dubosc meninggal pada tahun 1759, kemungkinan sebelum ia dibebaskan setelah ditangkap. Chambrelan kembali ke Prancis dan menikah lagi pada tahun 1761.
"Surat-surat ini menghancurkan anggapan kuno bahwa perang adalah tentang laki-laki," kata Morieux.
"Ketika para pria pergi, para wanita menjalankan ekonomi rumah tangga dan mengambil keputusan ekonomi dan politik yang krusial," dia menambahkan.
Simak Video "Video: Kemkomdigi Bakal Bikin SE Laporan Talenta Digital untuk Global-Tech"
(msl/fem)