Mengapa kita mengidam makanan-makanan aneh yang ada di bandara? Seorang ahli gizi menjelaskan alasannya.
Dilansir dari Travel + Leisure, Kamis (9/11/2023), apakah ada yang sangat bernafsu makan begitu melewati keamanan bandara? Bagi beberapa orang, apapun makanannya tidak menjadi masalah.
Begitu merasa nyaman di dalam terminal, ada lho penumpang yang makan dendeng rasa cabai sebagai camilan, diikuti dengan bermacam-macam sushi yang sudah dikemas. Semuanya dimakan sebelum pukul 09.00.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada pula yang pernah melahap burger sirloin sebelum matahari terbit. Itu bukan jam makan biasa saat di rumah.
Namun di bandara, semuanya berbanding terbalik. Sarapan burger atau makan siang dua kali sehari adalah hal yang biasa.
Keeley Mezzancello, ahli diet dan pelatih kebugaran yang berbasis di Greenville, Carolina Selatan, mengatakan bahwa perjalanan membuat jadwal dan rutinitas berubah, termasuk norma makan dan tidur.
"Tidur terkait erat dengan hormon yang mengatur nafsu makan, dan saat Anda kurang istirahat, Anda mungkin merasa lebih lapar dari biasanya atau beralih ke makanan tambahan untuk menebus kekurangan tidur," kata dia.
"Umumnya, Anda lebih cenderung menginginkan makanan penghibur berenergi tinggi dalam kondisi kurang tidur," dia menambahkan.
Menurut penulis traveling Amelia Mularz mengatakan bahwa makan di bandara tidak lagi dibatasi oleh waktu dan jadwal makan biasanya.
Sebaliknya, ia mencari makanan favorit di setiap bandara, kapan pun waktunya.
"Jadi di Bandara Burbank, saya akan menyantap Trash Can Nachos milik Guy Fieri untuk sarapan, dan di O'hare saya akan menyantap bagel dari Great American Bagel meskipun jam menunjukkan pukul 19.00 dengan tambahan popcorn keju Garrett, tentu saja," ujar dia.
Bryan Lee, seorang konsultan ilmuwan makanan, mengatakan bahwa rangsangan lingkungan dapat memainkan peran besar dalam mempengaruhi selera dan nafsu makan kita.
"Ketika ada suara latar belakang yang keras, jaringan sirkuit saraf tertentu akan terhubung dan menyebabkan otak Anda memiliki persepsi yang lebih tinggi terhadap makanan gurih," ujar dia.
"Makanan apa pun yang mengandung umami menjadi lebih kuat rasanya daripada rasa lainnya, seperti rasa manis atau asam. Itu sebabnya mengapa beberapa orang lebih suka minum jus tomat di pesawat, yang mengandung konsentrasi tinggi senyawa pemicu umami," katanya.
"Hal yang sama berlaku untuk persepsi visual warna. Sebuah studi menemukan bahwa warna merah meningkatkan persepsi rasa manis, yang mungkin menjadi alasan mengapa Coca-Cola menggunakan kaleng merah untuk sodanya," ujar Lee.
(msl/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol