Kenapa Gerbang Pesawat Bisa Sangat Jauh? Termasuk T3 Soekarno Hatta

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kenapa Gerbang Pesawat Bisa Sangat Jauh? Termasuk T3 Soekarno Hatta

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Selasa, 22 Agu 2023 05:01 WIB
Ilustrasi turis perempuan di bandara
Ilustrasi bandara (Foto: Getty Images/Renata Angerami)
Jakarta -

Gerbang pesawat yang sangat jauh tak hanya milik Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta. Nyatanya, ada bandara-bandara lain yang serupa.

Mengutip CNN, Senin (21/8/2023), salah satu contohnya adalah terminal Bandara LaGuardia yang baru. Mantan Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Lawrence 'Larry' Summers merasakannya baru-baru ini.

"Semakin baru terminalnya, semakin tidak nyaman digunakan karena semua jalurnya lebih panjang. Kenapa ya?" kata dia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di Amerika Serikat, dan kemungkinan besar diikuti seluruh dunia, trek di bandara semakin memburuk sejak perubahan keamanan diterapkan setelah serangan 11 September 2001. Lebih banyak perubahan datang selama pandemi.

Pesawat yang lebih besar cenderung ditempatkan di gerbang yang lebih jauh untuk keselamatan lepas landas dan mendarat. Kebijakan itu telah membuat perjalanan di bandara menjadi lebih lama lagi.

ADVERTISEMENT

Di sisi lain, ukuran yang lebih besar akan lebih baik untuk bisnis bandara, meskipun lebih sulit bagi traveler. Di Newark, Chicago, dan terminal bandara kota-kota lain, jalan setapak yang bergerak telah dihilangkan untuk memberi ruang bagi lebih banyak toko dan restoran.

"Anda sampai di gerbang dan Anda kelelahan. Anda semakin berurusan dengan bandara yang dirancang berdasarkan tujuan keuangan dan keselamatan. Pelancong tersesat dalam debu," kata Henry Harteveldt, yang meliput industri perjalanan untuk Atmosphere Research Group.

Banyak bandara AS dibangun selama pertengahan abad ke-20 dan telah melakukan rencana ekspansi besar-besaran di abad ke-21. Perluasan gerbang baru dan renovasi baru-baru ini telah membuat ruangan jadi lebih panjang.

Bandara membuat pendapatan dengan dua cara utama: pendapatan penerbangan dari maskapai yang menggunakan landasan pacu, jalur taksi, dan parkir. Lalu ada pendapatan non-aeronautika yakni biaya parkir dan sewa mobil, sewa eceran, dan iklan.

Bandara berusaha meningkatkan porsi pendapatan non-aeronautika yang mereka peroleh. Operator telah menambahkan lebih banyak toko, restoran, dan bar, terutama karena lebih banyak pelancong yang menggunakan angkutan massal dan berbagi tumpangan ke bandara dan pendapatan parkir menurun.

"Orang-orang bercanda bahwa saat ini bandara adalah pusat perbelanjaan yang memiliki pesawat yang diparkir di luar," kata Harteveldt.

"Jika Anda melihat desain terminal, banyak ruang tambahan diberikan ke layanan ritel," katanya.

Pesawat juga menjadi lebih besar untuk menjejalkan lebih banyak penumpang atau upgauging dan maskapai telah menghentikan beberapa pesawat mereka yang lebih kecil.

United, misalnya, mengganti 200 jet regional yang lebih kecil yang masing-masing membawa sekitar 50 penumpang. Pesawat yang lebih besar berarti mereka perlu diberi jarak lebih jauh di landasan.

"Ketika Anda memarkir 10 pesawat di samping satu sama lain dengan panjang 23 meter, secara alami akan berjalan jauh lebih lama," kata Wilson Rayfield, wakil presiden eksekutif penerbangan di Gresham Smith, sebuah firma arsitektur.

Bandara yang luas juga membuat kru dan pegawai bandara yang ingin membuat penerbangan lepas landas tepat waktu menjadi lebih repot.

Beberapa bandara telah menambahkan tanda elektronik yang memperkirakan bagi para pelancong berapa menit yang dibutuhkan untuk sampai ke gerbang atau berapa lama waktu yang dibutuhkan monorel penghubung terminal untuk mengantarkan penumpang.

Perjalanan bandara terpanjang di Amerika Serikat ada di Dallas Fort Worth. Pejalan kaki dari pintu masuk di Terminal B ke Terminal E berjarak 3,48 km, menurut sebuah studi oleh perusahaan sepatu Kuru Footwear.

Nah, di Indonesia Terminal 3 yang disebut-sebut bikin penumpang harus berjalan sangat jauh untuk mencapai gate penerbangan. Apalagi, bagi penumpang yang terbang atau landing di gate 20 ke atas. Sejak April 2023, Angkasa Pura (AP) II menyediakan bus penghubung (shuttle bus) di Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) bagi penumpang yang ingin menuju gate 22-28 di Terminal 3 setelah banyak penumpang mengeluhkan jarak panjang itu.




(msl/fem)

Hide Ads