Begini Asal-usul Bahasa di Malang yang Dibolak-balik

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kultur

Begini Asal-usul Bahasa di Malang yang Dibolak-balik

Savira Oktavia - detikTravel
Rabu, 22 Nov 2023 12:35 WIB
Alun-alun Malang
Alun-alun Malang. (Brigida Emi Lilia/d'traveler)
Malang -

Mas menjadi Sam, Malang menjadi Ngalam, mungkin hal itu sering traveler dengar jika berkunjung ke Malang. Bahasa ini disebut boso walikan atau bahasa terbalik, begini asal-usulnya.

Boso walikan yaitu bahasa yang bentuk pengucapan maupun penulisannya terbalik dari bahasa Jawa-Malangan, Malangan-Indonesia, Arab, Inggris, dan bahasa lainnya yang masuk dalam struktur Jawa-Malangan.

Bahasa ini banyak digunakan dan dipopulerkan kalangan anak muda, baik dari dalam maupun luar Malang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam percakapan sehari-hari, boso walikan telah menjadi salah satu ciri khas masyarakat Malang. Lantas, seperti apa asal-usul boso Walikan?

Mengutip buku Backpacker ke Malang Raya karya Weinie & Kade Kristi, bahasa walikan merupakan bahasa gaul yang digunakan arek Malang, yang berasal dari gagasan para pejuang tempo dulu. Ya, kelompok Gerilya Rakyat Kota (GRK) menggunakan bahasa khusus untuk menjamin keamanan informasi dari lawan maupun efektivitas komunikasi sesama pejuang.

ADVERTISEMENT

Metode pengenalan boso walikan dimulai pada masa perang era kemerdekaan atau sekitar akhir Maret 1949. Saat itu, banyak mata-mata dari Belanda yang menyusup ke dalam kelompok pejuang Malang.

Mata-mata itu mampu berkomunikasi dalam bahasa daerah untuk menyerap informasi dari kalangan pejuang GRK. Itu dilakukan untuk menghabisi sisa dari laskar Mayor Hamid yang gugur pada 8 Maret 1949, dalam pertempuran Dukuh Sekarputih (sekarang bernama Desa Wonokoyo).

Salah seorang tokoh pejuang Malang bernama Suyudi Raharno memiliki gagasan untuk menciptakan bahasa baru, yang diperuntukkan bagi sesama pejuang sehingga dapat dijadikan sebagai suatu identitas tersendiri.

Bahasa tersebut harus lebih kaya dari kode dan sandi. Serta tidak terikat pada aturan tata bahasa, baik itu bahasa nasional maupun bahasa daerah (Jawa, Madura, Arab, China) maupun istilah yang umum dan baku.

Bahasa itu tercipta hanya menggunakan satu cara, yang mana dari segi penulisan maupun pengucapannya dari belakang ke depan. Atau, dibaca dan ditulis secara terbalik.

Karena kedekatan para pejuang, bahasa ini cepat dikuasai oleh para pejuang. Maka, siapa pun yang tidak fasih menggunakan bahasa walikan dapat dipastikan bukan berasal dari golongan pejuang dan pendukungnya. Sehingga, kehadiran para mata-mata dapat diketahui dengan mudah serta rahasia komunikasi tetap terjaga.

Pada September 1949, Suyudi Raharno gugur di tangan Belanda. Sepekan sebelumnya, salah seorang teman dekatnya yang turut menciptakan osob kera ngalam atau boso arek malang bernama Wasito, juga gugur dalam pertempuran di Gandongan (sekarang Pandanwangi). Keduanya pun disemayamkan di Taman Makam Pahlawan Suropati Jalan Veteran Malang.

Contoh boso walikan dalam kehidupan sehari-hari saat ini, tampak saat muda-mudi Malang mengucapkan kata 'mas' dari bahasa Jawa. Mereka membalik kata tersebut menjadi 'sam' atau 'arek malang' menjadi 'kera Ngalam'.

____________________

Artikel ini telah tayang dan selengkapnya bisa dibaca di detikJatim




(wkn/fem)

Hide Ads