Tradisi Megeburan di Bali, Saat Pria Jadi Rebutan Para Wanita

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kultur

Tradisi Megeburan di Bali, Saat Pria Jadi Rebutan Para Wanita

Made Wijaya Kusuma - detikTravel
Jumat, 01 Des 2023 20:05 WIB
Puluhan remaja anggota sekaa teruna mengikuti tradisi Megeburan di Desa Sekumpul, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, Bali, Senin (27/11/2023). (Foto: Made Wijaya Kusuma/detikBali)
Puluhan muda-mudi mengikuti tradisi Megeburan di Desa Sekumpul, Bali (Foto: Made Wijaya Kusuma/detikBali)
Buleleng -

Di Bali, ada sebuah tradisi unik, namanya Megeburan. Di tradisi ini, para pria akan jadi rebutan para wanita. Bagaimana kisahnya?

Tradisi Megeburan digelar di Desa Sekumpul, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, Bali. Pesertanya adalah puluhan remaja anggota sekaa teruna (pemuda adat) setempat.

Kelian Desa Adat Sekumpul Gede Sudiasa menjelaskan, dalam tradisi Megeburan, para peserta akan dibagi menjadi dua kubu, yakni kubu pria dan perempuan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Biasanya, mereka yang terlibat dalam tradisi itu merupakan anggota sekaa teruna yang baru. Tujuannya, agar anggota sekaa teruna itu mampu menjalankan kewajibannya saat ada kegiatan di pura, serta menjaga rasa kebersamaan di antara anggota sekaa teruna yang terlibat.

"Jadi, sekaa teruna anyar yang baru masuk anggota sekaa teruna sebelum melaksanakan kewajiban dan kegiatannya di Pura, dengan menyucikan diri dengan cara memargi di air suci itu secara niskala," tutur Sudiasa, Senin (27/11/2023).

ADVERTISEMENT

Tradisi tersebut biasanya digelar setahun sekali saat piodalan atau pujawali di Pura Desa dan Puseh Desa Sekumpul.

Para peserta serta warga dan sekaa, awalnya berkumpul di Pura Desa Sekumpul pada pukul 15.00 Wita. Mereka berangkat bersama dengan berjalan kaki menuju ke sumber mata air yang disebut Taman Dari.

Saat tiba di Taman Dari, jero mangku (pemuka hindu di Bali) akan sembahyang terlebih dahulu. Setelah itu, kelompok perempuan dan pria yang disekat pembatas turun ke lokasi mata air.

Awalnya, kubu pria dan perempuan akan saling lempar air bercampur lumpur. Keseruan semakin terasa ketika di tengah prosesi semua perempuan menyerbu kubu pria untuk hendak ditangkap.

Para pria pun berusaha melarikan diri meski dikejar-kejar kubu perempuan sampai dapat. Sudiasa menyebut tidak ada syarat khusus untuk peserta yang akan mengikuti tradisi ini.

"Untuk usia yang akan menginjak menjadi sekaa teruna itu minimal 13 tahun, sampai batas mereka belum menikah. Jumlah peserta tidak tentu tergantung dengan banyak krama anyar dalam setahun," imbuhnya.

Tradisi Megeburan pun menjadi daya tarik bagi para turis. Salah satu wisatawan mancanegara asal Jerman bernama Smila mengaku senang dan terhibur bisa melihat secara langsung tradisi Megeburan di Desa Sekumpul. Menurut, Smila tradisi ini sangat menarik untuk disaksikan.

"Saya sangat senang bisa menyaksikan langsung tradisi ini," kata Smila.


------

Artikel ini telah naik di detikBali.




(wsw/wsw)

Hide Ads