Sebuah film dokumenter kembali mengungkit 'luka lama' wisata Thailand. Film dokumenter ini menyoroti Pattaya sebagai tujuan wisata seks. Film ini telah diblokir di Thailand.
Diberitakan Bangkok Post, Selasa (5/12/2023) film dokumenter media Jerman Deutsche Welle (DW) yang dibagikan di Youtube ini mengingatkan kembali tentang laporan serupa tentang wisata seks di Pattaya dari Jerman sekitar 20 tahun lalu. Insiden ini mengakibatkan penurunan jumlah wsiatawan secara signifikan.
Hal ini diungkapkan Marisa Sukosol Nunbhakdi, presiden Asosiasi Hotel Thailand (THA). Marisa menekankan perlunya peningkatan penegakan hukum untuk mengatasi masalah pekerja seks ilegal, sebuah masalah yang telah melanda Pattaya dan tujuan wisata Thailand lainnya selama beberapa tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia juga mengakui, meskipun Pattaya telah berevolusi menjadi destinasi yang menawarkan beragam atraksi wisata untuk keluarga dan segmen MICE, masih menjadi tantangan untuk sepenuhnya menghapus reputasi wisata seks kota tersebut.
Sebagai pengusaha hotel, dia mengusulkan agar pemerintah daerah dan sektor swasta dapat mengatasi masalah ini dengan secara konsisten mempromosikan produk dan atraksi wisata alternatif untuk secara bertahap menggantikan wisata seks di kota tersebut.
"Pattaya adalah tempat berkumpulnya berbagai segmen, apa pun kebangsaannya. Daerah ini memiliki komunitas lokal yang secara rutin dapat menarik wisatawan, seperti komunitas wisata Takhian Tia. Kota ini juga merupakan salah satu pusat MICE yang paling sukses, karena memiliki pusat konvensi, bandara, dan proyek Koridor Ekonomi Timur yang akan datang di dekatnya," papar Marisa.
Begitu banyak poin-poin yang harus diperhatikan oleh pemerintah. Marisa juga sepakat dengan operator pariwisata lain di Pattaya, bahwa jam operasional hingga jam 4 pagi tidak boleh diterapkan di seluruh kota.
Sebaliknya, Pemerintah Kota Pattaya harus membangun zona hiburan untuk memastikan pengunjung lain, terutama keluarga dengan anak-anak, tidak terganggu oleh kebisingan.
Dia menekankan bahwa tidak semua pengunjung datang ke Pattaya untuk hiburan atau wisata seks. Takutnya, denngan mengizinkan semua tempat hiburan beroperasi hingga jam 4 pagi akan berdampak negatif pada sebagian besar penduduk kota.
Apa yang disorot DW?
Dalam tulisannya berjudul 'A Shady Side of Paradise - Sex Tourism in Thailand' yang diposting di websitenya pada bulan September lalu, DW menyoroti bagaimana Pattaya kembali menjadi incaran para pria diseluruh dunia yang mencari wanita dan seks pasca pandemi. detikcom pun mencoba mencari dokumenternya di Youtube, dan videonya diposting Maret 2023 lalu.
Bar go-go, panti pijat yang kumuh, dan banyak kedai bir terbuka dengan wanita muda berpakaian minim, menjadi bagian dari daya tarik wisatawan seks dari segala usia, di kota metropolitan pesisir Pattaya di pantai barat Thailand. Terhenti selama pandemi, pariwisata seks kembali normal di sini.
Dalam dokumenter, ada turis Jerman yang terang-terangan mengakui datang ke Pattaya untuk mencari wisata seks dengan harga murah. Namun ada juga yang datang ke Pattaya untuk mencari cinta.
DW menyebutkan negara bagian Thailand menghasilkan miliaran pendapatan pajak dari bisnis seks, namun prostitusi secara resmi dilarang, dan mereka yang bekerja di bidang perdagangan tidak dilibatkan dalam semua program bantuan pemerintah.
Terkait film dokumenter, mereka menggali bagaimana kemunafikan dan kehidupan seks di lampu merah Pattaya. Beberapa wisatawan seks asal Jerman meyakinkan diri mereka sendiri bahwa pembayaran yang mereka lakukan menjamin kelangsungan hidup keluarga-keluarga Thailand yang miskin.
Dokumenter ini menyorot juga bagaimana pedofilia begitu liar di sana, walau pejabat mengklaim tidak ada lagi prostitusi anak di bawah umur.
(sym/wsw)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!