Kisah 2 Bule Swedia Gowes Sepeda 18 Negara demi Misi Mulia Mampir ke Jogja

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kisah 2 Bule Swedia Gowes Sepeda 18 Negara demi Misi Mulia Mampir ke Jogja

Nisrina Khairani, Anandio Januar - detikTravel
Minggu, 10 Des 2023 05:05 WIB
Dua bule Swedia gowes keliling dunia bawa misi perdamaian Sahara Barat. Keduanya Benjamin Ladraa (31) dan Sanna Ghotbi (30) aktivis hak asasi manusia (HAM) yang menyoroti masalah penjajahan Maroko atas Sahara Barat.
Foto: Benjamin dan Sanna gowes sepeda keliling dunia demi misi mulia (dok. pribadi/Sanna Ghotbi)
Sleman -

Dua bule Swedia, Benjamin Ladraa (31) dan Sanna Ghotbi (30) nekat gowes sepeda ke 18 negara demi sebuah misi mulia. Mereka pun mampir ke Jogja. Bagaimana kisahnya?

Dua aktivis hak asasi manusia (HAM) itu ternyata ingin bersepeda keliling dunia demi meningkatkan kesadaran masyarakat global akan penderitaan Sahara Barat yang tengah dijajah oleh Maroko.

"Kami memulai (perjalanan) pada Mei 2022. Sebenarnya, kami berencana untuk memulai pada tahun 2020, tetapi kemudian harus tertunda selama dua tahun karena COVID. Kami sekarang sudah setengah jalan, menjangkau 18 negara. Indonesia yang ke-18," jelas Sanna saat ditemui di sekitar UGM, Sleman, Kamis (7/12/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sanna bercerita, sejak tahun 1975 hingga sekarang, Sahara Barat masih terkungkung di bawah kuasa Maroko. Ada sekitar 200 ribu penduduk Sahara Barat terpaksa tinggal di tenda pengungsian dengan sepenuhnya bergantung pada bantuan dari luar. Inilah yang mendorong mereka untuk melakukan aksi bersepeda keliling dunia.

"Banyak orang tidak tahu tentang apa yang ada di Sahara Barat, bahkan kebanyakan orang tidak tahu itu negara. Ada sekitar setengah juta orang Sahrawi (sebutan untuk orang Sahara Barat) dan sekitar 200 ribu orang di antaranya tinggal di kamp pengungsian," ucap Sanna prihatin.

ADVERTISEMENT

"Mereka (orang Sahrawi) tidak bisa membentuk asosiasi apa pun. Mereka tidak bisa menjadi jurnalis. Maroko juga melarang jurnalis bepergian ke Sahara Barat, karena mereka tidak ingin dunia mengetahui beritanya. Itulah sebabnya kami memilih melakukan tur sepeda ini," imbuh Benjamin.

Benjamin mengaku, sebelumnya ia tidak tahu-menahu soal konflik Sahara Barat, meski ia merupakan seorang aktivis. Dia pun merasa malu.

"Orang Sahrawi menulis kepadaku di Instagram, di Facebook, dan bertanya apakah aku tahu tentang Sahara Barat. Aku sama seperti orang lain yang tidak tahu apa-apa dan aku malu karenanya. Aku seorang aktivis hak asasi manusia, kenapa tidak tahu tentang koloni terbesar di dunia," ujarnya.

Indonesia dan Jogja Sangat Berkesan Bagi Keduanya

Sanna menyebut, banyak orang di Indonesia menangis ketika ia menunjukkan situasi di tenda pengungsian Sahara Barat melalui foto-foto yang diambilnya.

"Kami mengajar di banyak universitas. Berkali-kali mahasiswa menangis saat kami menunjukkan gambar-gambar dari kamp. Mereka sangat tersentuh dan hal ini belum pernah terjadi di negara lain," tutur Sanna.

Saat tiba di Jogja, Benjamin mengaku tertarik dengan julukan Kota Pelajar yang lekat dengan Jogja. Ia mengagumi ruang jalan di Jogja yang lebih luas dibandingkan dengan kota lain.

"Ini seperti kota konseptual, banyak organisasi, banyak seni, dan itu Kota Pelajar. Seperti ada seratus universitas? Di sini juga lebih banyak ruang dibandingkan di Surabaya, seperti untuk berjalan. Kami akan ke candi-candi akhir pekan ini dan juga Forum Film Dokumenter (FFD)," ucap Benjamin sembari tertawa.

Keduanya pun berencana untuk berada di Jogja hingga Kamis (14/12) pekan depan. Setelah ini, keduanya akan meneruskan perjalanan ke Magelang, Semarang, dan Bandung. Perjalanan Benjamin dan Sanna di Indonesia diperkirakan akan selesai pada Januari 2024.

Sanna berharap akan ada banyak orang yang terinspirasi dari aksi mereka berdua dan memberitahukan kepada lebih banyak orang tentang situasi Sahara Barat.

"Tidak harus dengan bersepeda. Kamu dapat melakukan banyak hal hanya dengan mengadakan acara, mendirikan organisasi kemahasiswaan. Begitu banyak orang dalam sejarah yang telah melakukan berbagai hal untuk dunia dan setiap orang yang mendengar cerita ini, aku harap bisa melakukan hal lain," pungkas Sanna.


------

Artikel ini telah naik di detikJogja.




(wsw/wsw)

Hide Ads