Sanghyang Dedari merupakan tarian sakral di Desa Adat Geriana Kauh yang dianggap penolak bala, khususnya bagi petani. Begini prosesi lengkap pementasan Sanghyang Dedari.
Tari Sanghyang Dedari merupakan ritual sakral yang dilakukan untuk menolak bala khususnya bagi petani agar padi yang ditanam tidak terserang hama. Secara umum, makna penolak bala juga diartikan untuk menghalau aura negatif yang masuk ke desa.
Tarian ini dipentaskan setiap satu tahun yaitu bulan April tepatnya pada sasih kedasa di Desa Adat Geriana kauh. Penentuan waktu pentas didasarkan pada waktu keluarnya bulir padi (embud) dari padi taun khas Desa Adat Geriana Kauh.
Tari Sanghyang Dedari dipentaskan oleh lima hingga tujuh orang yang dipilih dua minggu sebelum pementasan. Penari yang dipilih adalah anak-anak yang belum dewasa (menstruasi) karena dianggap masih suci, berkisar usia 8 hingga 11 tahun.
Sebelum pementasan berlangsung, ternyata terdapat prosesi yang sangat panjang. Bendesa Adat Geriana Kauh I Nyoman Subrata menjelaskan beberapa prosesi sebelum pementasan.
Tiga hari sebelum ritual Sanghyang Dedari dilakukan upacara matur piuning. Upacara ini bertujuan untuk memohon agar diberikan kelancaran saat ritual Sanghyang Dedari.
Saat hari pementasan, setelah dilakukan proses berhias, dilanjutkan dengan proses persembahyangan bersama di Pura Pejenengan. Proses terpenting adalah ngukup. Pada prosesi ini dilakukan di Pura Paibon yang bermakna permohonan agar roh Sanghyang bisa turun merasuki tubuh para penari.
"Proses ngukupang ini butuh waktu. Ketika proses pengukupan Sanghyang Dedari ini unik, karena tidak boleh ada laki-laki satupun. Tapi setelah menari baru boleh ditonton oleh semua orang," kata I Nyoman Subrata.
Setelah roh Sanghyang merasuki tubuh penari, Tarian Sanghyang Dedari dilakukan di dua tempat yaitu Catus Pata dan Pura Pejenengan. Durasi pementasan sekitar dua jam.
Dalam satu ritual, pementasan Tari Sanghyang Dedari akan dipentaskan sebanyak 3 hingga 5 kali dalam kurun waktu 15 hari.
Prosesi terakhir setelah 15 hari adalah nyineb. Prosesi ini bermakna pengembalian roh Sanghyang. Setelah semua prosesi selesai, semua piranti atau peralatan Tari Sanghyang Dedari akan dipindahkan ke sebuah pura bernama Setra Sanghyang.
Para penari Sanghyang Dedari melakukan tarian dalam kondisi tidak sadar atau kerauhan. Namun, tak jarang terdapat penari yang tidak kerauhan sehingga tidak bisa mengikuti pementasan.
Simak Video "Video: Penampakan Kebakaran Pabrik Air Minum di Karangasem Bali"
(fem/fem)