Sanghyang Dedari merupakan tarian sakral yang ada di Desa Adat Geriana Kauh. Bermakna sebagai tarian penolak bala, ternyata Sanghyang Dedari pernah punah. Bendesa Adat Geriana Kauh mengungkapkan kebenarannya.
Tarian sakral Sanghyang Dedari menjadi sebuah ritual wajib yang dilakukan setiap tahun oleh masyarakat Desa Adat Geriana Kauh. Tak sembarangan, tarian ini dipentaskan ketika sasih kedasa atau ketika padi mulai embud (keluar bulir padi).
Menurut Bendesa Adat Geriana Kauh, I Nyoman Subrata, Sanghyang Dedari bermakna untuk menolak bala khususnya bagi petani, agar padi yang ditanam tidak terserang hama. Secara umum, makna penolak bala juga diartikan untuk menghalau aura negatif yang masuk ke desa.
Walaupuan tergolong tarian sakral yang penuh makna, ternyata Sanghyang Dedari sempat punah dan tidak dipentaskan di Desa Gerina Kauh.
I Nyoman Subrata mengkonfirmasi bahwa memang benar beberapa kali Tarian Sanghyang Dedari sempat tidak ditarikan. Tahun 1963, Sanghyang Dedari sempat tidak dipentaskan karena gunung meletus. Setelah 4 tahun tidak dipentaskan, tahun 1967 Sanghyang Dedari sempat ditarikan lagi oleh masyarakat Desa Adat Geriana Kauh.
Menurut I Nyoman Subrata, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan Tarian Sanghyang Dedari dikatakan punah atau tidak ditarikan di Desa Geriana Kauh.
Pertama adalah faktor alam. Mengingat posisi Desa Adat Geriana Kauh yang dekat dengan Gunung Agung sehingga tahun 1963 tarian ini sempat berhenti ditarikan karena gunung meletus.
Tak hanya itu, Subrata menyebut faktor penari dan peran serta desa adat dalam melestarikan tarian ini.
"Faktor penari, peran desa adat, dan masyarakat ini penting. Mungkin saat masyarakat merasa titik masih aman padi-padi mereka sampai akhirnya mereka merasakan diserang hama. Nah dititik itu keyakinan mereka harus dilaksanakan Tari Sanghyang Dedari," kata Subrata.
Tarian Sanghyang Dedari yang diiringi dengan gending atau nyanyian. Tidak adanya catatan tertulis tentang Gendingan Sanghyang Dedari membuat sejak 1990-an masyarakat Desa Geriana Kauh kesulitan menghafal gending Sanghyang Dedari. Hal ini menyebabkan beberapa tahun Tari Sanghyang Dedari tak dipentaskan.
Namun, sejak 2006 hingga sekarang, Sanghyang Dedari sudah rutin ditarikan oleh masyarakat Desa Adat Geriana Kauh.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!