Biasanya nama jalan diambil dari nama pahlawan nasional, tokoh pewayangan, nama buah, bunga, ikan atau burung. Namun di Desa Sidowayah, Kecamatan Polanharjo, Klaten nama jalan mereka berasal dari nama tokoh lokal setempat yang sudah meninggal.
Bila datang ke setiap jalan dan gang desa yang terletak di tepi jalan Tegalgondo-Janti, mungkin travleer akan salfok dengan nama-nama jalan yang tidak familiar. Tulisan ada yang memakai huruf alfabet dan di bawahnya huruf Jawa.
Tulisan nama-nama jalan dan gang itu antara lain Jalan Harjo Martono, Jalan Wiro Sukamto, Jalan Dahlan, Jalan Iman Mintarjo, Jalan Mangun Direjo, Jalan Harjo Suwignyo, Jalan Suyatno, Jalan Zubaidah PU dan lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: 10 Destinasi Wisata Gadis Kretek |
Ternyata, nama-nama jalan ini berasal dari tokoh masyarakat desa yang sudah meninggal dunia. Hal ini diungkapkan oleh Kades Sidowayah, Kecamatan Polanharjo, Mujahid Jariyanto.
"Nama perangkat desa, kepala desa yang sudah seda (meninggal), yang masih hidup tidak kita pakai. Ada juga tokoh agama, tokoh masyarakat dan pahlawan perjuangan kemerdekaan dari Sidowayah yang gugur," jelas Mujahid kepada detikJateng, Senin (11/12/2023).
![]() |
Dia menambahkan, digunakannya nama-nama tokoh lokal untuk nama jalan semata untuk mengenang jasa mereka. Sebab para tokoh itu sudah mengabdikan diri untuk desa maupun masyarakat.
"Untuk mengenang jasa-jasa pendahulu kita yang sudah mengabdikan diri untuk Desa Sidowayah dan masyarakat. Kalau untuk mengenang jasa pahlawan nasional itu pemerintah saja, untuk desa ya kita mengenang pahlawan yang di desa saja," ungkap Mujahid.
Menurut Mujahid, sesuai kesepakatan yang digunakan hanya yang sudah meninggal. Bahkan jalan di desanya sudah disertifikatkan ke kantor BPN.
"Nama jalan itu sesuai pensertifikatan jalan dan gang, karena semua sudah kita sertifikatkan di kantor agraria, jadi itu resmi dan formal. Muhadi Hadi Martono itu lurah ketiga 1980-1984, Mbah Mangun Kasbi itu pahlawan tentara pelajar yang gugur, Dahlan itu pejuang, Abdurahman itu ulama, R. Ng Poerbotani itu lurah 1933-1943, Pak Mangun Surono juga lurah dan lainnya," pungkas Mujahid.
Warga setempat, Ilham Ega Wardana menyatakan nama yang dipakai itu nama tokoh masyarakat Desa Sidowayah, termasuk perangkat desa. Nama jalan itu belum lama ditetapkan.
"Belum ada setahun, ada yang baru sebulan, ada yang sudah beberapa bulan. Setuju, untuk mengingat jasa-jasa para pendahulu dan disesuaikan tempat tinggalnya," kata Ilham kepada detikJateng.
Warga lain, Sri Rahmini (60) mengatakan nama - nama para almarhum tokoh masyarakat dan perangkat desa itu dimulai sejak lima bulan lalu. Mulai dari lurah pertama.
"Mulai lurah pertama, perangkat desa. Ya senang daripada nama bunga, lebih baik nama punggawa desa yang sudah berjasa," katanya kepada detikJateng.
Rusmini (62), warga lainnya mengatakan dengan nama jalan dari tokoh itu dirinya selaku warga senang. Agar warga tidak melupakan jasa para orang tua dulu.
"Ya agar orang sekarang tidak lupa jasa orang tua dulu. Senang pokoknya, jadi ingat para sesepuh," ungkap Rusmini kepada detikJateng di lokasi.
Artikel ini telah tayang di detikjateng
(sym/sym)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol