Paus biru, hewan terbesar di Bumi, kembali ke rumah mereka di bagian Samudra Hindia. Dahulu mereka musnah akibat perburuan.
Dilansir dari BBC, Minggu (17/12/2023), para peneliti dan pembuat film di Seychelles menangkap rekaman paus pada tahun 2020 dan 2021. Rekaman tersebut ditampilkan dalam film Imax berjudul Blue Whales 3D.
Namun, rekaman audio bawah air selama setahun mengungkapkan bahwa hewan-hewan itu menghabiskan waktu berbulan-bulan di wilayah tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para ilmuwan menyebut itu artinya mereka bisa berkembang biak di sana.
Para peneliti, termasuk ilmuwan dari University of Seychelles, menggambarkan penemuan ini sebagai "kemenangan konservasi". Itu setelah armada penangkap ikan paus Soviet memusnahkan populasinya di tahun 1960-an.
"Ternyata jika Anda berhenti membunuh hewan dalam skala besar dan memberi mereka kesempatan untuk pulih, mereka bisa pulih," kata salah satu peneliti utama, Dr Kate Stafford.
![]() |
Perburuan paus komersial memiliki dampak yang berkepanjangan. Jumlah paus biru masih sangat sedikit dan spesies ini terdaftar sebagai spesies yang terancam punah oleh International Union for the Conservation of Nature.
Lebih dari 300.000 paus dibunuh di belahan bumi selatan saja. Mereka dikejar oleh kapal-kapal penangkap ikan paus modern yang cepat.
"Ini adalah hewan terbesar yang pernah ada di planet ini," kata Dr Stafford.
"Kami ingin tahu ke mana mereka kembali dan mengetahui bahwa ada populasi di sekitar Seychelles adalah hal yang sangat menarik," ia menambahkan.
Penemuan ini, yang diterbitkan dalam Journal of Endangered Species Research, merupakan hasil dari pemasangan "perangkap suara" di dasar laut yang dekat dengan negara kepulauan kecil tersebut.
Dilengkapi dengan mikrofon bawah air, baterai dan alat perekam, perangkap tersebut dibiarkan di tempatnya selama setahun, merekam 15 menit setiap jam, setiap hari.
Selama sebulan ekspedisi tim, Dr Stafford juga menghabiskan beberapa jam setiap hari untuk menggantungkan hidrofon (mikrofon bawah air) ke dalam air.
"Kami mendengar hal-hal yang luar biasa, ketukan paus sperma ribuan meter di bawah dan lumba-lumba yang bergema dan berkomunikasi, tetapi sayangnya tidak ada paus biru," kata Chris Watson, perekam suara satwa liar dalam perjalanan tersebut.
Namun, setelah para ilmuwan mengambil perangkap suara mereka, analisis yang cermat terhadap rekaman tersebut menunjukkan bahwa paus biru ada di sana dan berkomunikasi ketika para peneliti tidak berada di sana.
Lagu khas mamalia dengan frekuensi yang sangat rendah itu dapat didengar terutama pada bulan Maret dan April.
(msl/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol