Wow! Keluarga Ini dari Inggris ke Australia Lewat Jalur Darat untuk... Kondangan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Wow! Keluarga Ini dari Inggris ke Australia Lewat Jalur Darat untuk... Kondangan

Femi Diah - detikTravel
Sabtu, 23 Des 2023 21:31 WIB
Keluarga Shannon
Keluarga Shannon (Buckle Up Dorothy visa Mirror)
Jakarta -

Sebuah keluarga di Inggris menyelesaikan perjalanan besar selama empat bulan. Bukan sekadar liburan, tetapi untuk untuk menghadiri pernikahan di Australia.

Keluarga itu, Shannon Coggins, Theo Simon, dan putri mereka Rosa. Dan, adik Shannon yang menggelar resepsi di negeri kanguru.

Shannon akhirnya bisa bertemu muka dengan adik perempuannya Ellie di Sydney. Dia, bersama Theo dan Rosa, mengawali perjalanan ke Sydney dari Castle Cary di Somerset dengan kereta api, taksi, perahu, bus, dan banyak moda transportasi lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kalau dihitung-hitung sih, biaya perjalanan dengan moda transportasi darat lebih mahal ketimbang tiket pesawat. Padahal, tiket kereta bukan yang termahal, tetapi kelas tiga yang panas dan dingin saat suhu udara tidak bersahabat.

Tetapi, berkat perjalanan itu, kini mereka memiliki banyak cerita untuk dikisahkan.

ADVERTISEMENT

"Saya akan berpidato di pesta pernikahan. Adik saya tidak tertarik tetapi saya akan melakukannya, saya punya beberapa cerita untuk diceritakan," kelakar Shannon seperti dikutip Mirror.

Shannon, Theo, dan Rosa bukan tanpa alasan menuju Australia dengan jalur darat. Mereka melakukan perjalanan sejauh 15.000 mil tanpa terbang dalam upaya untuk membatasi kerusakan terhadap lingkungan. Penerbangan dari Inggris ke Australia menghasilkan sekitar 3,5 ton CO2 per penumpang kelas ekonomi, yang berarti penerbangan pulang pergi menyumbang 60% dari rata-rata jejak karbon tahunan di Inggris.

Untuk menghindari potensi kenaikan suhu global sebesar 2C pada tahun 2050, maka jumlah tersebut harus dikurangi menjadi dua ton untuk semua orang di bumi, berdasarkan perkiraan. Keluarga tersebut menghitung bahwa perjalanan mereka sejauh ini telah mengeluarkan 0,9 ton CO2 per orang.

"Ellie pindah ke Australia empat tahun setelah saya berhenti terbang. Saya memutuskan untuk melakukannya karena perubahan iklim. Saya suka terbang dan bepergian, jadi itu tidak mudah," kata Shannon.

"Semua ini tidak mudah, cinta lebih besar dari kita semua. Tentu saja kita ingin bertemu satu sama lain. Kita semua bekerja keras. Ini bukan tentang menjadi lebih baik dari orang lain. Ini tentang 'apakah itu mungkin?' Ini tentang melihat dunia," kata dia.

"Tidak jauh dari tempat kami berada, terdapat banjir besar di Cairns dan kebakaran hutan yang tidak dapat dikendalikan. Hal ini menggarisbawahi alasan mengapa kami berupaya mengurangi anggaran karbon kami," dia menegaskan.

Untuk melakukan perjalanan gila itu, Theo berhenti dari pekerjaannya. Dia adalah karyawan salah satu pabrik di Inggris.

"Faktanya kalau liburan, kita naik pesawat, kita stres, kita semua ingin pergi. Tapi semua penerbangan jet pribadi ini, kita benar-benar harus menganggapnya serius, kita tahu kita akan mendapatkan dampaknya akan segera terjadi dan kita tidak akan bisa mengabaikannya lagi," kata Theo.

Tantangan Perjalanan: Keamanan, Biaya Visa, Cuaca

Perjalanan keluarga ini tidaklah mudah. Konflik yang terjadi antara Azerbaijan dan Armenia, dan bahaya perjalanan melalui Iran, memaksa mereka mengambil jalan memutar selama empat hari melalui Rusia. Theo sempat diinterogasi cukup lama saat di dalam kereta di Rusia.

Selain itu, biaya untuk mendapatkan visa juga tidak murah. Mereka menghabiskan hampir 1.000 pound sterling atau Rp 19,6 juta untuk visa ke Rusia dan China.

Kendala terbesar datang saat mereka sudah dekat dengan Australia, yakni di Dili, Timor Leste. Saat hendak menyeberang ke Australia, cuaca sangat buruk. Setelah tiga minggu menunggu kapal untuk menyeberang, akhirnya mereka terpaksa naik pesawat ke Sydney.

"Daripada memasang karpet baru di rumah, kami malah menghabiskan seluruh tabungan hidup kami untuk perjalanan luar biasa ini. Kami telah belajar terima kasih dan maaf dalam setiap bahasa di negara-negara yang kami lalui, sebagai orang Inggris," kata Shannon, yang bekerja sebagai guru di Inggris.

"Kebaikan orang asing sungguh luar biasa. Seringkali seseorang memilih untuk datang dan berbicara dengan kami serta membantu kami. Ini sungguh fenomenal. Dan bagi saya sebagai seorang ibu. Rosa ingin ikut bersama kami. Dia ingin menghabiskan waktu bersama kami. Ini adalah dunia yang luar biasa yang kita tinggali, dan melihatnya melihat itu sungguh luar biasa," kata Shannon.




(fem/fem)

Hide Ads