Dipimpin Diktator, Warga Korut Dipaksa Menyembah Keluarga Kim bak Tuhan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Dipimpin Diktator, Warga Korut Dipaksa Menyembah Keluarga Kim bak Tuhan

Putu Intan - detikTravel
Senin, 25 Des 2023 15:11 WIB
People bow as they pay their respects before the statues of late North Korean leaders Kim Il Sung and Kim Jong Il, as part of celebrations marking the anniversary of the birth of Kim Il Sung, known as the Day of the Sun, on Mansu hill in Pyongyang on April 15, 2019. (Photo by Ed JONES / AFP)
Warga Korut membungkuk, memberi hormat kepada Kim Il Sung dan Kim Jong Il. (Foto: Photo by Ed JONES/AFP)
Jakarta -

Suasana Natal tak terasa di Korea Utara. Itu karena pemerintah melarang warganya memeluk agama apapun. Mereka hanya boleh menyembah keluarga Kim.

Korea Utara yang saat ini dipimpin Kim Jong Un mewajibkan rakyatnya untuk menjadi atheis. Jika melanggar, rakyat dapat dipenjara bahkan dihukum mati.

Mantan Wakil Duta Besar Korea Utara untuk Inggris, Thae Yong Ho menceritakan proses cuci otak yang dilakukan pemerintah Korea Utara kepada rakyat. Pria yang akhirnya membelot pada 2016 itu mengatakan, semua orang diminta menyembah keluarga Kim selayaknya Tuhan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Seluruh populasi Korea Utara, termasuk saya dan keluarga, menjalani proses cuci otak. Kami diberitahu bahwa pemimpin Kim adalah Tuhan dan juru selamat bangsa," kata Thae seperti dikutip dari BBC.

Keistimewaan ini menurun dari Kim Il-sung ke Kim Jong-il dan kini Kim Jong-un.

ADVERTISEMENT

Kepemimpinan diwariskan dari generasi ke generasi. Begitu pula aset-aset nasional dan sumber daya aman dikendalikan secara penuh oleh keluarga Kim.

Rakyat Korut dilatih dan dicuci otaknya untuk menangis setiap kali melihat anggota keluarga Kim. Ini adalah produk pendidikan yang berlangsung lama.

"Tatkala saya bergabung dengan korps diplomatik pada 1988, periode itu sungguh sangat bergejolak. Pemerintah Korea Utara cukup terguncang oleh Olimpiade di Seoul dan ambruknya Tembok Berlin setahun kemudian," ujarnya.

"Uni Soviet, sekutu lama Pyongyang, runtuh pada 1991. Korut mendadak kehilangan mitra dagangnya. Sungguh kacau selama tiga hingga empat tahun," ia menambahkan.

Sementara itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan pemerintah Amerika Serikat pada 2017, Korea Utara masih terus mempersekusi warga yang menjalankan ajaran agama di wilayahnya.

Namun, di saat yang sama, orang-orang justru mulai beralih memeluk kepercayaan masing-masing. Kementerian Luar Negeri AS meluncurkan laporan tahunannya tentang kebebasan beragama pada Selasa (15/8/2017).

Dalam laporan itu, Korea Utara menjadi sorotan karena tidak memperbolehkan warganya mendapatkan "hak atas kebebasan berpikir, akal sehat dan agama."

"Sekitar 80 ribu hingga 120 ribu tahanan politik, sebagian ditahan karena alasan agama, diyakini dipenjara di sistem kamp penjara politik di area-area terpencil dengan kondisi yang mengerikan," bunyi laporan tersebut seperti dikutip dari CNN.

Namun, perubahan-perubahan kecil mulai terlihat dewasa ini. Banyak juga orang yang sudah sadar dengan kepemimpinan yang tidak masuk akal dari keluarga Kim, termasuk soal aturan beragama.

"Di masa lalu, orang-orang diminta untuk menyembah keluarga Kim sebagai Tuhan, tapi kini banyak warga Korea Utara tidak lagi menghargai Kim Jong-un," ujar seorang pembelot Korea Utara yang enggan disebutkan namanya.

"Artinya mereka mencari hal lain untuk mempertahankan keimanannya."

"Di beberapa tempat, hal ini berujung pada kemunculan penganut aliran klenik, tapi gereja Kristen pun juga berkembang dan memperdalam akarnya di sana," kata dia.

"Walaupun orang-orang tahu mereka bisa dipenjara--atau lebih parah--mereka masih memilih untuk memeluk agama, dan itu artinya ada lebih banyak celah yang tampak pada rezim dan sistem ini."




(pin/pin)

Hide Ads