Akutai Matsuri, Festival Saat Warga Jepang Bisa Barbar Juga

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Akutai Matsuri, Festival Saat Warga Jepang Bisa Barbar Juga

Weka Kanaka - detikTravel
Kamis, 04 Jan 2024 08:51 WIB
People perform
Ilustrasi festival di Jepang. (AP/Hiro Komae)
Ibaraki - Orang Jepang terkenal akan sopan santun dan penuh tata krama. Namun, ada saatnya orang Jepang bisa sangat barbar, khususnya saat berlangsungnya festival ini.

Jepang memiliki beragam festival yang unik dan menarik. Namun, ada satu yang paling aneh yang menjadi waktunya warga Jepang untuk bebas mengumpat dan berkata kasar. Festival itu adalah Akutai Matsuri, atau yang diterjemahkan menjadi Festival Pelecehan Verbal.

Melansir Soranews24, Kamis (4/1/2024), seperti namanya, pelecehan verbal dan penghinaan adalah aktivitas utama dari festival ini. Akutai Matsuri digelar di Kuil Iitsuna di Kota Kasama, Prefektur Ibaraki, pada hari Minggu ketiga di bulan Desember setiap tahunnya.

Setiap kali festival ini diadakan, kerumunan penduduk setempat berkumpul untuk ambil bagian menjadi penonton yang mengumpat, seperti yang telah menjadi tradisi sejak zaman feodal.

Festival ini diselenggarakan oleh perwakilan dari Kuil Atago yang terletak di depan Kuil Iitsuna. Festival ini dimulai dengan tiga belas pendeta yang mengenakan jubah putih dan topi hitam yang mewakili tengu atau roh berhidung panjang yang dipercaya tinggal di pegunungan.

Rute ini mengambil tempat di lereng Gunung Atago, yang merupakan rumah bagi Hutan Atago Tengu, di mana para arwah dipercaya tinggal.

Selain itu, para anggota kelompok membawa persembahan kecil di atas tikar jerami. Mereka persembahkan itu di 16 pos-pos kuil kecil di sepanjang jalan. Saat mereka melakukan prosesi di sepanjang jalan dan menaiki tangga yang curam, penduduk setempat meneriakkan hinaan kepada para pejalan kaki berjubah, dengan beberapa frasa yang umum digunakan adalah, "Bakayaro!" ("Dasar bodoh!"), "Osoi zo!" ("Kamu sangat lambat!"), dan "Hayaku agare yo, kono yaro!" ("Naiklah lebih cepat, dasar bajingan!").

Namun, teriakkan itu bukan satu-satunya perilaku buruk yang dapat ditemui di festival ini. Ada lagi perilaku barbar yang dilakukan saat pendeta berhenti berdoa dan memberikan persembahan mereka. Saat itu, penduduk setempat bertengkar satu sama lain dan mencuri hadiah yang dipercaya membawa keberuntungan.

Penduduk setempat diharuskan untuk menunggu sampai pendeta selesai berdoa sebelum mencuri hadiah, karena jika tidak, pelanggaran peraturan ini dapat mengakibatkan cedera, karena pendeta berhak untuk menghentikan Anda dengan tongkat bambu hijau sampai doa selesai diucapkan.

Festival Pelecehan Verbal dikatakan telah dimulai pada pertengahan Zaman Edo (1603-1868). Festival ini disebut sebagai cara bagi para bangsawan feodal untuk memahami keluhan sehari-hari penduduk. Namun, tetap ada batasan untuk apa yang dapat dikatakan, misalnya saja aturan terkait tidak menggunakan nama pribadi untuk memfitnah orang lain.

Namun, hal itu tidak menjadi masalah bagi penduduk setempat dan para turis yang berkunjung. Karena kesempatan untuk meneriakkan cacian secara terbuka memberikan jalan keluar bagi mereka untuk menghilangkan stres yang terpendam di festival unik ini.

Terlepas dari perilaku buruknya, semua itu dilakukan dengan penuh kegembiraan. Para pendeta yang berkumpul di kuil pada akhir perjalanan pun menyebarkan hadiah berupa makanan ringan dan kue beras ke kerumunan.

Pada 2023 festival diadakan pada tanggal 17 Desember lalu. Festival ini menarik lebih banyak orang daripada sebelumnya, dengan penonton asing yang bahkan meneriakkan umpatan dalam bahasa Inggris.

Di akhir acara, para penonton diajak untuk bergabung dengan para pendeta untuk meneriakkan "Bakayaro!" ("Idiot!") sebanyak tiga kali, dengan hinaan tersebut bergema di seluruh tempat suci yang mana ini telah menjadi cara tradisional untuk mengakhiri festival.

Jadi, jika traveler berkunjung ke Jepang pada bulan Desember, traveler mungkin perlu menambahkan perjalanan ke Ibaraki ke dalam rencana perjalanan. Ibaraki mungkin merupakan prefektur yang paling tidak menarik di Jepang, tetapi itu hanya karena tak banyak orang tahu terkait hal menarik di sini.




(wkn/fem)

Hide Ads