Orang mengenal Rawa Jombor di Klaten sebagai tempat wisata. Padahal, dahulu di lokasi itu, ada pemukiman warga dan juga makam-makam yang sengaja ditenggelamkan.
Siapa sangka, Rawa Jombor yang berada di Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Klaten dulunya adalah kampung-kampung yang sengaja ditenggelamkan oleh pemerintah kolonial Belanda.
"Dulu itu (kampung, kampung waktu jaman Belanda. Tempatnya itu rendah jadi kalau hujan sering terendam," tutur Sarju (83) sesepuh warga Desa Krakitan, beberapa waktu lalu.
Menurut cerita Sarju, karena sering terendam saat hujan, oleh pemerintah kolonial Belanda, kampung itu terpaksa harus direlokasi. Tiga dusun dipindah ke lokasi selatan yang lebih tinggi.
"Akhirnya di-bedhol, dipindah ke atas, dijadikan rawa. Dusun Jombor, Tawang dan Tanjungsari yang dipindah," kenang Sarju.
Sepanjang ingatan Sarju, yang dipindahkan pada tahun 1938 itu hanya rumah, namun pemakaman tidak ikut dipindahkan. Akibatnya para warga kehilangan makam leluhur mereka.
Dulunya, makam-makan itu masih sering terlihat saat rawa surut akibat kemarau. Namun, kini sudah tidak terlihat lagi.
"Makam sekarang sudah tidak muncul meskipun kemarau. Warga kehilangan leluhur untuk ziarah kuburnya sampai sekarang. Dulu satu dua masih terlihat saat kemarau, tapi sekarang tidak," papar Sarju.
Dulunya, tanggul rawa hanya kecil. Semasa penjajahan Jepang, rawa ditinggikan tanggulnya menjadi 5 meter.
"Jepang meninggikan tanggul menjadi 5 meter. Masa pemberontakan G30S PKI, pembangunan diteruskan oleh para tahanan politik PKI yang masuk golongan A," katanya.
Bejo (63), warga lainnya membenarkan cerita Sarju tersebut. Dari cerita ayah, kakek dan neneknya rawa itu dulunya kampung. Kampung yang ditenggelamkan oleh Belanda.
"Banyak, termasuk makam-makamnya ditenggelamkan di jaman Belanda. Saat kemarau kadang masih terlihat nisan makam," ucap Bejo.
Menurut Bejo, setelah Belanda pergi, pembangunan diteruskan Jepang. Tahun 1965 dibangun tanggul seperti setinggi saat ini.
"Tahun 1965 para tahanan bekerja di sini. Membangun tanggul, membuat cangkul, keranjang dan lainnya," jelas Bejo.
Menurut koordinator operasional Rawa Jombor, Nandung Setiawan, rawa tersebut kelilingnya sekitar 6-7 kilometer. Luasnya sekitar 178 hektar.
"Luasnya sekitar 178 hektar. Dulunya adalah kampung, tapi karena sering banjir akhirnya dipindahkan," jelas Nandung saat diminta konfirmasi.
Objek wisata Rawa Jombor tidak sulit ditemukan. Dari pusat kota Klaten ke arah selatan bisa melalui jalan Ir Soekarno, kemudian jalan Dr Soeharto sejauh sekitar 8 kilometer.
------
Artikel ini telah naik di detikJateng.
Simak Video "Video: Jejak Misterus Situs Candi Karangnongko di Klaten"
(wsw/wsw)