Wayang kulit Keraton Surakarta rupanya memiliki ciri khas tersendiri. Bentuk wayang kulitnya ramping dengan warna yang harmonis.
Di seberang Alun-Alun Utara Keraton Surakarta, terdapat sebuah workshop wayang kulit yang sudah berdiri sejak 1980. Nama tempat pembuatan wayang kulit itu adalah Balai Agung.
detikcom sempat berkunjung ke Balai Agung beberapa waktu lalu. Di sana, kami berjumpa dengan pemilik Balai Agung yakni Purwono.
Purwono merupakan generasi kedua dari Balai Agung. Sebelumnya, Balai Agung dikelola ayahnya yang merupakan abdi dalem Keraton Surakarta.
Kala detikcom datang ke sana, perajin wayang tengah menggarap sejumlah wayang kulit. Wayang kulit itu ukurannya besar dibandingkan wayang kulit yang biasanya kami lihat. Rupanya, ukuran ini juga menjadi ciri khas dari wayang kulit Solo.
"Wayang Solo itu kebanyakan tinggi, ramping," kata Purwono.
Selain itu, wayang kulit Solo juga memiliki warna yang harmonis. Purwono menyebutnya sebagai warna yang tidak norak.
"Sisi pewarnaannya enak dilihat. Nggak norak. Beda dengan wayang lainnya yang bisa dibilang mengarah ke posisi wayang kreasi. Jadi wayangnya itu gemuk, sisi pewarnaannya nggak match sehingga kurang pas," ujar Purwono.
Kendati begitu, Purwono tidak mengklaim wayang kulit Solo adalah yang terbaik. Semua kembali ke selera pasar.
"Kita tidak bisa menyalahkan karena itu suka dan tidak suka," kata dia.
Wayang kulit buatan Balai Agung tidak hanya digunakan sebagai bagian pertunjukan wayang kulit di Solo. Balai Agung juga menerima pesanan wayang dari daerah lain bahkan dari luar negeri.
Untuk harga, Purwono mengatakan bahwa wayang kulit buatan Balai Agung dihargai sekitar Rp 1 juta. Harga ini sesuai dengan kualitas wayang kulit yang menggunakan kulit kerbau dan digarap langsung menggunakan tangan-tangan perajin yang terampil.
Simak Video "Cerita Warga Pilih Nonton Wayang Kulit di TMII Sambut Tahun Baru 2024"
(pin/fem)