Kintamani, salah satu destinasi populer di Bali sedang diserbu oleh ribuan kawanan lalat. Ternyata, ada penyebabnya.
Di media sosial, viral video yang memperlihatkan ribuan ekor lalat menyerbu sepeda motor milik warga Bali. Lokasinya disebutkan berada di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam video yang bikin merinding itu, terlihat ribuan lalat menyelimuti sebuah sepeda motor, sampai hampir menutupi semua bagian motor tersebut.
Menurut pantauan Tim detikBali di lokasi, ribuan lalat juga terlihat berterbangan di sejumlah tempat di kawasan Kintamani, misalnya, di Anjungan Penelokan.
Lalat berkerumun di sejumlah tempat di anjungan tersebut. Salah satunya di gerobak pedagang bakso. Lalat hinggap di gerobak bakso tersebut. Bahkan, serangga itu beterbangan di antara wisatawan dan pedagang.
"Memang ini lagi musimnya," tutur pedagang bakso beberapa hari lalu. Menurut dia, lalat mulai banyak saat memasuki Desember.
Akademisi Fakultas Pertanian Universitas Udayana (Unud) I Putu Sudiarta mengatakan, serbuan lalat di daerah Kintamani dan sekitarnya terjadi karena adanya kotoran ayam yang lazim digunakan petani sebagai pupuk kandang di daerah tersebut.
"Nah terkait dengan fenomena yang ada di Bangli, itu kalau dari segi ilmiah tentu berarti ada habitatnya. Di mana habitatnya? Itu ada di kotoran ayam," kata Sudiarta, Senin (8/1/2024) lalu.
Penjelasan Akademisi
Serangga yang menyerbu kawasan Kintamani itu diduga spesies lalat rumah dengan nama ilmiah Musca domestica. Spesies itu sangat suka dengan kotoran ayam yang masih mentah, karena menjadi habitat lalat rumah untuk bertelur.
Kotoran ayam banyak ada di kawasan Kintamani karena memang sangat dibutuhkan oleh para petani. Mereka menggunakan kotoran ayam untuk keperluan budidaya kubis, bawang ataupun berbagai jenis tanaman lainnya.
Para petani kemudian mendatangkan pupuk kotoran ayam dalam jumlah besar dan bisa mencapai berton-ton. Pupuk yang masih mentah berisi jutaan telur yang berubah menjadi larva, pupa, dan tumbuh menjadi lalat dewasa yang menyerang kawasan Kintamani.
"Nah itulah yang menjadi tempat tinggalnya. Nah secara ilmiah seperti itu," ujar Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Pertanian Unud itu.
Selain karena banyaknya penggunaan pupuk kotoran ayam, merebaknya lalat di Kintamani juga didukung dengan lingkungan yang tepat, baik dari segi suhu dan sebagainya.
"Jadi pas sekali, dengan adanya habitat yang pas, kemudian lingkungan yang pas, sumber hidup yang pas sehingga itulah yang menimbulkan (populasi lalat meningkat). Di Bedugul pun banyak sekarang, di Pancasari, tapi tidak sebanyak di Kintamani," tuturnya.
-----
Artikel ini telah naik di detikBali.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol