Kini begitu banyak orang yang mengunjungi benua beku, Antartika, dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Apakah gagasan pariwisata di sana terbilang baik?
Menyitir BBC, Rabu (24/1/2024), foto mendaratnya Boeing 787 Dreamliner di atas es Antartika dengan pramugari dengan gaun selutut yang tersenyum menyita perhatian dunia. Foto yang diambil itu untuk menandai pendaratan pertama salah satu pesawat terbesar di dunia di landasan pacu es dan salju.
Momen yang dibuat akhir tahun 2023 itu menjadi tande fase baru bagi pariwisata Antartika.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penerbangan itu bukan sepenuhnya untuk wisata senang-senang. Penerbangan tersebut mengangkut personel dan pasokan untuk penelitian. Jadi, itu bukan untuk pariwisata (tidak seperti penerbangan Airbus A340 tahun 2021 yang mendarat di Antartika dengan membawa pasokan untuk perkemahan petualangan eksklusif).
Tapi, penerbangan ke benua paling selatan Bumi ini tetap mencapai tonggak sejarah baru.
Jumlah pengunjung akan mencapai 100.000 orang untuk pertama kalinya pada musim turis kali ini (Oktober 2023-Maret 2024). Jumlah itu melonjak 40% dari rekor sebelumnya.
Kunjungan itu juga telah membawa urgensi baru pada pertanyaan tentang seberapa banyak, jika ada, pariwisata yang seharusnya diizinkan di benua es tersebut.
![]() |
"Angka tersebut benar-benar menyulut semangat masyarakat," kata Claire Christian, direktur eksekutif Koalisi Antartika dan Samudra Selatan, sebuah koalisi organisasi non-pemerintah yang telah mengadvokasi konservasi Antartika selama lebih dari 40 tahun.
"Kami sekarang melihat adanya urgensi tentang kebutuhan untuk mengelola industri ini dengan baik dan dampaknya terhadap lingkungan yang sangat rapuh dan berubah dengan cepat," kata dia.
Asosiasi Internasional Operator Pariwisata Antartika (IAATO) kini mendaftarkan 95 kapal dalam direktori mereka, termasuk 21 kapal pesiar, yang membawa turis-turis kaya yang tertarik dengan iming-iming destinasi "perbatasan terakhir".
Maksudnya adalah sebuah tempat yang begitu murni dan terpencil sehingga Anda bisa mendengar butiran-butiran salju yang menghantam air.
Beberapa kapal mengangkut lebih dari 400 turis sekaligus, dan sebagian besar berangkat dari ujung Amerika Selatan menuju Semenanjung Antartika, yang menjorok ke utara dari massa es Antartika Barat.
Dengan meningkatnya persaingan, muncullah berbagai aktivitas wisata baru di luar wisata pantai yang biasa untuk mengunjungi koloni penguin dan anjing laut serta perjalanan tamasya dengan kapal tiup Zodiac untuk melihat gunung es, ikan paus bungkuk, dan paus orca dari dekat.
(msl/fem)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan