Solo selama ini dikenal sebagai destinasi yang damai dan kaya budaya. Tapi, peringkat Indeks Kota Toleran (IKT) Solo malah merosot dari 4 ke 10. Ada apa?
Setiap tahun, Solo selalu menggelar acara peringatan keagamaan seperti Natal dan Imlek sebagai bentuk perwujudan rasa toleransi, sekaligus menarik minat wisatawan.
Namun menurut laporan terbaru dari SETARA Institute, Indeks Kota Toleran (IKT) Solo malah merosot jauh. Dari sebelumnya posisi ke-4, sekarang Solo berada di posisi ke-10.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wakil Wali Kota Solo, Teguh Prakosa mengaku kaget dengan merosotnya peringkat Kota Solo sebagai Kota Toleran. Dirinya juga mempertanyakan penyebab Solo bisa turun dari peringkat 4 ke peringkat 10.
"Ya kemarin saya ke sana langsung untuk menerima penghargaan di Jakarta, saya juga kaget dengan predikat Solo sebagai Kota Toleran yang turun. Dari nomor 4 ke 10, kenapa ini," katanya, Kamis (1/2/2024) kemarin.
Teguh mengatakan, Solo selalu menggelar kegiatan atau event di Kawasan Balai Kota Solo untuk memperingati hari besar keagamaan. Salah satunya yang saat ini masih berlangsung yakni perayaan Imlek.
"Kita 10 tahun terakhir selalu menggelar event untuk hari besar keagamaan. Mulai dari Natal, Imlek, Idul Fitri, perayaan Nyepi juga," ungkapnya.
Terpisah, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Solo, Mashuri mengaku juga kaget dengan merosotnya Solo sebagai Kota Toleran. Menurutnya dengan merosotnya peringkat itu maka dinilai ada persoalan di Solo.
"Ya kami kaget juga, tetapi kami juga evaluasi organisasi. Artinya kemarin ada permasalahan-permasalahan yang harusnya kita redam tapi akhirnya di-blow up mungkin itu salah satu yang membuat ranking kita turun," ujarnya.
Ada Kasus Rumah Ibadah di Solo
Mashuri mengaku belum mengetahui penyebab merosotnya Kota Solo sebagai Kota Toleran. Namun, ia tidak bisa memungkiri sempat ada kasus di Solo mengenai rumah yang diprotes untuk kegiatan sekolah Minggu.
"Kami juga memahami kemarin ada gejolak sekolah Minggu. Ada sebuah rumah alih fungsi menjadi yang di-blow up berlebihan bahkan diberitakan sebagian wartawan itu ada penyegelan dua gereja itu yang mencederai kita sendiri sebenarnya," bebernya.
Mengenai kasus itu, Mashuri mengaku sudah ada kesepakatan dan beberapa pihak juga telah dipanggil. Dan rumah tersebut juga telah ada izin.
"Sudah ada kesepakatan, pihak-pihak udah kita panggil, yang alih fungsi rumah untuk sekolah Minggu itu akhirnya bersepakat untuk ada izin, wilayah izin kan di Kemenag, tugas kita selesai mempertemukan yang berseteru dan kita kembalikan ke regulasi. Regulasi harus izin itu jadi urusan GKJ Nusukan sama Kemenag. Kalau pendirian gereja kan belum, baru kita kaji," bebernya.
Pihaknya juga telah melakukan evaluasi terkait merosotnya peringkat Indeks Kota Toleran Solo. Pihaknya juga mengaku telah menelaah apa yang menjadi faktor tersebut.
"Sudah (evaluasi), bahkan kita sudah kita terjun untuk menelaah masalahnya," pungkasnya.
------
Artikel ini telah naik di detikJateng.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda