Lelogama memiliki keindahan alam yang sangat menakjubkan. Dengan pemandangan landscape perbukitan dan padang hijau sejauh mata memandang.
Keindahan alam Lelogama, Nusa Tenggara Timur, menjadi daya tarik wisatawan lokal, khususnya bagi masyarakat kota Kupang yang berdatangan untuk menikmati keindahan padang dan perbukitan hijau Lelogama, yang dikenal dengan sebutan Bukit Teletubbies.
Semakin hari kian bertambah pengunjung yang datang ke Lelogama, terlebih saat akhir pekan. Pengunjung biasanya juga melakukan kegiatan kemah di area bukit hijau Lelogama.
Namun, kini muncul masalah baru. Pengunjung yang datang hanya mengekspos keindahan alam Lelogama saja, di balik foto-foto indah wisatawan lokal, alam Lelogama tidak dijaga dengan baik. Banyak pengunjung yang membuang sampah sembarangan, sehingga mencemari lingkungan.
Bukan hanya itu, saat akhir pekan tiba biasanya pengunjung yang datang membludak, sehingga polusi kendaraan dan suara bising kendaraan sangat mengganggu warga sekitar. Bahkan kemacetan panjang tidak dapat terelakkan.
Zuhal Qolbi, selaku guru muda Pijar CT Arsa Foundation yang mengabdi di Lelogama, menginisiasi kegiatan bersih-bersih area padang dan perbukitan Lelogama yang telah tercemar sampah berserakan. Dengan bermodalkan kantong sampah dan niat menjaga alam Lelogaman, Zuhal mengajak warga dan juga anak-anak untuk ikut membersihkan sampah di perbukitan Lelogama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Persoalan sampah dan juga lingkungan ini harus segera diantisipasi, dengan mengajak semua pihak untuk berkolaborasi, baik pemerintah setempat, masyarakat, hingga komunitas atau perkumpulan anak-anak muda. Semuanya harus duduk bersama untuk sama-sama mencari jalan keluarnya," ujar Zuhal.
Kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan harus terus tumbuh dan terus disosialisasikan agar alam Lelogama tetap bersih dan indah.
![]() |
(ddn/ddn)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!