Candi Muaro Jambi Direvitalisasi, bakal Jadi Pusat Pendidikan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Candi Muaro Jambi Direvitalisasi, bakal Jadi Pusat Pendidikan

Dadan Kuswaraharja - detikTravel
Selasa, 06 Feb 2024 18:10 WIB
Jambi -

Banyak yang belum menyadari bahwa Kawasan Muaro Jambi, yang berdiri sejak era kejayaan Sriwijaya ini, merupakan kompleks cagar budaya Nasional yang luasnya mencapai ribuan hektar sehingga menjadikannya yang tertua dan terluas di Asia Tenggara.

Situs ini mengungkap pentingnya nilai-nilai sejarah dan budaya yang telah bertahan selama berabad-abad, menampilkan kekayaan dan kedalaman tradisi spiritual dan pendidikan di wilayah ini.

"Muaro Jambi tidak hanya kaya akan sejarah tetapi juga menjadi bukti nyata terciptanya peradaban, terjadinya proses edukasi, dan inovasi penting di masa lalu. Desain dan tata letak kompleks Muaro Jambi sangat mirip dengan Nalanda, pusat pembelajaran utama di India, yang menunjukkan bahwa Muaro Jambi pernah menjadi pusat pembelajaran dan latihan spiritual Buddha yang signifikan," ujar Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Fitra Arda.

Kawasan Percandian Muaro Jambi terbentang luas kurang lebih 12 kilometer persegi dan terbentang sepanjang 7,5 kilometer di sepanjang jalur Sungai Batanghari. Situs ini dipenuhi parit atau kanal kuno, kolam penyimpanan air, dan gundukan yang menampilkan struktur batu bata kuno.

Kompleks ini juga merupakan rumah bagi artefak berharga seperti patung Prajnaparamita, dwarapala, dan gajahsimha, yang menampilkan kekayaan budaya dan agama di situs tersebut.

Temuan-temuan ini tidak hanya menyoroti signifikansi spiritual dari kawasan tersebut tetapi juga perannya sebagai pusat pembelajaran dan praktik spiritualitas yang dinamis, memberikan landasan bagi wawasan lebih lanjut mengenai pentingnya sejarah dan arkeologi seperti yang diungkapkan oleh Agus Widiatmoko, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) wilayah V.

Lebih lanjut Widiatmoko menjelaskan, hasil penggalian arkeologis dan analisis penanggalan karbon di Muaro Jambi, termasuk di Candi Kotomahligai (salah satu candi di kompleks tersebut), mengungkapkan bahwa kompleks candi tersebut aktif dimanfaatkan sejak abad ke-7 hingga abad ke-13. Penemuan prasasti dan peninggalan lainnya menegaskan pentingnya Muaro Jambi sebagai pusat pembelajaran.

"Kawasan cagar budaya ini tidak hanya memiliki nilai sejarah dan arkeologi yang tinggi namun juga terus berfungsi sebagai tempat berkumpulnya para cendikiawan yang memperdalam pengetahuan kebijaksanaan," ujarnya.


Revitalisasi Candi Muaro Jambi

Indonesian Heritage Agency (IHA) sebuah badan layanan umum di bawah naungan Kemendikbudristek yang saat ini bertanggung jawab atas pengelolaan 17 museum, 1 galeri, serta 34 situs cagar budaya nasional di Indonesia, mengumumkan telah dimulainya upaya revitalisasi Kawasan Percandian Muaro Jambi. Inisiatif ini merupakan bagian dari misi IHA yang lebih luas untuk mengembalikan peran situs tersebut sebagai pusat pendidikan dan spiritual bagi masyarakat.

"Tujuan kami adalah untuk meremajakan fungsi sejarah Muaro Jambi sebagai pusat pembelajaran dan pendidikan spiritual, sehingga menegaskan signifikansinya sebagai situs warisan global," ujar (Plt.) Kepala BLU Museum dan Cagar Budaya (BLU MCB), Ahmad Mahendra.

"Upaya ini sejalan dengan dedikasi pemerintah dalam membina kerukunan umat beragama dan pertukaran lintas budaya dengan melestarikan dan merayakan kekayaan tradisi spiritual daerah tersebut," ujarnya.

Bukti komprehensif dari Muaro Jambi, mulai dari arsitektur, prasasti, hingga penemuan arkeologi, mengungkap peran pentingnya dalam sejarah peradaban, menjadi saksi bisu inovasi, pertukaran budaya, dan penyebaran agama Buddha di wilayah tersebut. Hal ini menegaskan keberadaan dan fungsi Muaro Jambi sebagai pusat spiritual dan pendidikan tidak hanya untuk Indonesia tapi untuk dunia.

Tentang KCBN Candi Muaro Jambi

Kawasan Cagar Budaya Nasional Candi Muaro Jambi, terletak di tepi Sungai Batanghari di Provinsi Jambi, Sumatra, Indonesia, adalah salah satu Kawasan Cagar Budaya Buddhis tertua dan terluas di Asia Tenggara. Berasal dari abad ke-7 hingga ke-13, kompleks ini erat kaitannya dengan sejarah Kerajaan Melayu Kuno.

Kawasan Candi Muaro Jambi memiliki luas 3.981 hektar, terdapat 11 candi utama, namun diperkirakan masih terdapat 82 reruntuhan yang tertimbun dalam gundukan-gundukan. Kawasan ini membentang sepanjang 7,5 kilometer dari barat ke timur tepian Sungai Batanghari, sebagai sungai terpanjang di Sumatera.

Kawasan Cagar Budaya Nasional Candi Muaro Jambi tidak hanya penting untuk memahami sejarah dan perkembangan Buddhisme di Indonesia tetapi juga dinamika sosial dan politik di Sumatra kuno. Saat ini, sebagai situs wisata dan penelitian, usaha pelestarian dan revitalisasi dilakukan oleh Indonesian Heritage Agency untuk menjaga warisan sejarah ini tetap lestari bagi generasi yang akan datang, menjadikannya sumber pengetahuan yang berharga tentang masa lalu Indonesia.

Perjalanan guru Buddha ternama, Atisha Dipamkara Srijnana ke Suvarnadvipa menandai momen penting yang menggarisbawahi pentingnya wilayah tersebut sebagai penghubung pembelajaran dan praktik Buddhis. Lebih dari satu milenium yang lalu, Atisha memulai perjalanan laut yang ke Sumatera, mengikuti ajaran Serlingpa, seorang guru terkenal abad ke-10 yang tinggalannya sekarang di Muaro Jambi. Perjalanannya yang penuh dengan kesulitan ia alami dan lalui, melambangkan komitmen yang tak tergoyahkan terhadap pertumbuhan spiritual dan pencarian ajaran bodhicita.

Muaro Jambi, yang terletak di sepanjang Sungai Batanghari, berkembang sebagai pusat penting ajaran Buddha, menarik tokoh-tokoh dan cendekiawan dari seluruh Asia, termasuk Atisha yang menghabiskan 12 tahun belajar mendalam di bawah bimbingan Serlingpa.

Periode ini tidak hanya memperkaya perjalanan spiritual Atisha tetapi juga meletakkan dasar bagi pengaruhnya yang besar terhadap agama Buddha mahayana di Tibet dan sekitarnya. Warisan Muaro Jambi sebagai tempat pembelajaran agama Buddha dan perannya dalam memfasilitasi pertukaran lintas budaya tradisi Buddha menyoroti keterhubungan komunitas Buddha dan pentingnya situs bersejarah ini.

(ddn/bnl)

Hide Ads