- Berikut tujuh vihara yang ikonik di Jakarta dan pas untuk merayakan Imlek, dihimpun Selasa (6/2/2024): 1. Vihara Dharma Bhakti 2. Vihara Bahtera Bhakti / Kelenteng Ancol 3. Viahara Tanda Bakti / Kelenteng Tan Sing Ong 4. Vihara Buddha Dharma Gotama 5. Vihara Dewi Samudra 6. Vihara Lupan 7. Vihara Padi Lapa
Di Jakarta, terdapat aneka vihara yang menjadi pusat kegiatan tahun baru Imlek itu. Kota ini memiliki sejumlah vihara yang berserjarah dan patut dikunjungi jika ingin berdoa atau sekadar melihat kemeriahan Imlek.
Berikut tujuh vihara yang ikonik di Jakarta dan pas untuk merayakan Imlek, dihimpun Selasa (6/2/2024):
1. Vihara Dharma Bhakti
Karena Glodok merupakan Chinatown yang telah terkenal dan memiliki unsur sejarah yang kental. Sehingga tempat ini pun memiliki tempat bersejarah yang patut kamu kunjungi pula.
Salah satunya adalah Vihara Dharma Bakti, yang merupakan salah satu vihara tertua di Indonesia. Dibangun sejak tahun 1650, vihara ini menjadi saksi bisu dari kompleksitas kehidupan yang dilalui oleh masyarakat etnis Tionghoa di Indonesia.
Huans menceritakan, dulunya terdapat tragedi kelam pembantaian kepada etnis Tionghoa yang terjadi pada tahun 1740, membuat vihara ini ikut terbakar. Selain itu di tahun 2015 pun vihara ini sempat dilanda kebakaran yang menghanguskan sebagian tempat ini.
Tempat ini pun akhirnya kembali ditata ulang sejak tahun 2019. Terlihat hingga saat tim detikcom berkunjung pada Jumat (13/01/2023), proses penataan ulang dan pembenahan pun masih berlangsung.
Yang unik dari tempat ini selain karena budayanya, karena tempat ini bisa menjadi tempat ibadah bagi masyarakat Konghucu maupun Buddha.
2. Vihara Bahtera Bhakti / Kelenteng Ancol
Dahulu Kelenteng Bahtera Bhakti Ancol bernama Da Bo Gong, Dewa Air yang dipuja pelaut sejak zaman Dinasti Song untuk keamanan pelayaran. Namun karena bentuknya sama, maka orang menganggapnya Dewa Bumi.
Kelenteng ini berada di luar Taman Impian Jaya Ancol (TIJA), dan mestinya hanya berjarak 200 meter dari tepi laut. Jika saja ada pintu tembus maka bisa berjalan kaki dariEreveld Ancolke kelenteng, karena jarak keduanya kurang dari 150 meter.
Kelenteng Bahtera Bhakti Ancol diperkirakan dibangun pada 1650, pada tahun yang sama dibangunnyaKelenteng Jin De Yuan. Kedua kelenteng ini merupakan kelenteng tertua di Jakarta.
Ada dua kelenteng lagi yang dibangun pada abad ke-17 di Jakarta, sekitar 10 dan 19 tahun setelah kedua kelenteng yang pertama itu dibangun, namun keduanya sudah tidak ada lagi.
3. Viahara Tanda Bakti / Kelenteng Tan Sing Ong
Klenteng Tan Seng Ong / Vihara Tanda Bhakti berlokasi di pinggir kali Krukut, tepatnya di Jl. Kemenangan III Gang 6 no 97, Blandongan. Klenteng Tan Seng Ong ini juga merupakan (tuan) rumah bagi sang Dewa Pelindung, Tan Seng Ong.
Menurut buku Da Jiang Hao Hai Yin Hua Fung Yu, Klenteng Tan Seng Ong berdiri sejak 1756. Dibangun pasca peristiwa Geger Pecinan, suatu peristiwa sadis pembunuhan lebih dari sepuluh ribu etnis Tionghoa di Batavia oleh tentara Belanda pada saat itu.
Akibatnya sebagian besar orang Tionghoa yang bermukim di Batavia dan Jawa Barat menjadi orang pelarian ke daerah sekitar Jawa Tengah dan ikut serta memberontak dan menentang Belanda.
Mereka lalu bergabung dengan masyarakat Suku Jawa yang juga melawan VOC dan mengobarkan Perang Sepanjang di Pulau Jawa, yang berlangsung selama 4 tahun (1740-1743).
4. Vihara Buddha Dharma Gotama
Vihara Buddha Dharma Gotama (Wan Kiap Size) berada di Jl. Lautze No.38A, RW.5, Kartini, Kecamatan Sawah Besar, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10750.
5. Vihara Dewi Samudra
Komunitas Tionghoa meninggalkan sejumlah landmark pada Kampung Pekojan, berupa dua buah vihara. Kedua vihara tersebut adalah Vihara Padi Lapa dan Vihara Dewi Samudra.
Vihara Padi Lapa didirikan pada tahun 1901, setelah dipindahkan dari kawasan Pintu Kecil. Vihara Padi Lapa awalnya berada di kawasan Toko Tiga, pada sekitar tahun 1823. Vihara ini memiliki nama asli "You Mi Hong", didirikan oleh pengusaha asal Hakka, dan sekarang memiliki nama Vihara Padi Lapa yang dikelola oleh yayasan "You Mie Hong".
Sedangkan Vihara Dewi Samudra merupakan vihara yang didirikan pada tahun 1784. Pada awal pendiriannya, vihara ini merupakan vihara pribadi milik keluarga "Lim", seorang petinggi "Mazu", hingga kemudian dibuka untuk umum dan diberikan nama Vihara Dewi Samudra.
Keberadaan vihara sebagai landmark pada kampung komunitas Arab ini merupakan jembatan bagi komunitas Tionghoa untuk berbaur dengan komunitas Arab serta komunitas pribumi, hingga akhirnya menciptakan sebuah pluralitas dalam kawasan yang dirancang dengan tujuan homogenitas.
6. Vihara Lupan
Menyitir Blog Elwi Gito, Vihara Lupan atau sering juga dieja Lu Ban terletak di jalan Pinangsia 1, tak jauh dari LTC Glodok. Tepat di samping vihara ini terdapat sekolah Suci Hati. Vihara Lupan boleh jadi tak seterkenal Klenteng Jin De Yuan di Petak Sembilan, tapi vihara ini juga menyimpan banyak cerita sejarah yang menarik.
Menurut Handinoto dalam buku Tionghoa dalam Keindonesiaan: Peran dan Kontribusi Bagi Pembangunan Bangsa, Klenteng Lu Pan dibangun oleh serikat tukang kayu dari Guang Dong, pada abad ke-19. Klenteng ini dibangun dan dipersembahkan secara khusus kepada Lu Ban Gong yang mereka anggap sebagai dewa pelindung para tukang kayu. Selain di sini, ada dua lagi klenteng yang dibangun oleh tukang kayu, satu di Selatan kali Angke dan satu lagi di Surabaya.
Orang Tionghoa dari suku Konghu, telah turun temurun menetap di Jawa. Mereka berprofesi sebagai tukang yang ahli dalam pengerjaan kayu dan batu. Kedatangan tukang kayu dari Tiongkok ke Jawa diduga melalui dua tahap. Pertama, tukang kayu dari Kanton yang datang ke Jawa sebelum abad ke-17. Tukang kayu inilah yang menularkan keahlian kepada tukang setempat. Kedua, mereka yang datang setelah abad ke-18. Keterlibatan para ahli pertukangan kayu dari Tiongkok di Nusantara terus berlanjut sampai abad 19 dan 20. Mereka dikenal piawai mengolah dan membuat perabotan serta konstruksi kayu.
7. Vihara Padi Lapa
Vihara Padi Lapa terletak di Jalan Penjagalan II nomor 57, Kelurahan Pekojan, Kecamatan Tambora, Kotamadya Jakarta barat, Provinsi DKI Jakarta. Lokasi kelenteng berada di pemukiman dan jalan raya yang cukup ramai penduduk.
Tidak sukar untuk mengenali bangunan kelenteng ini. Melalui bentuk pintu gerbang serta bangunan-bangunannya yang menunjukan ciri khas bangunan keagamaan Tiongkok, kita sudah dapat mengetahui bahwa bangunan tersebut adalah sebuah kelenteng.
(msl/ddn)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan