Berton-ton Tinja di Gunung Everest, Bikin Pendaki Sakit

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Berton-ton Tinja di Gunung Everest, Bikin Pendaki Sakit

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Sabtu, 10 Feb 2024 08:07 WIB
Gunung Everest
Gunung Everest (Foto: BBC)
Jakarta -

Aturan terbaru mendaki di Gunung Everest yakni semua pendaki harus membawa turun tinjanya. Selain bau, tinja yang berceceran itu juga membuat pendaki sakit.

Toilet sementara yang ada di kamp-kamp seringkali tidak mencukupi. Apa lagi cuaca ekstrem membuat buang hajat menjadi lebih sulit.

"Sampah masih menjadi masalah utama, terutama di kamp-kamp yang berada di dataran tinggi yang tidak dapat Anda jangkau," kata Chhiring Sherpa, Chief Executive Officer dari lembaga swadaya masyarakat Sagarmatha Pollution Control Committee (SPCC), mengutip BBC, Sabtu (10/2/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meskipun tidak ada angka resmi, organisasinya memperkirakan bahwa ada sekitar tiga ton kotoran manusia antara kamp satu di bagian bawah Everest dan kamp empat, menuju puncak.

"Setengah dari jumlah tersebut diyakini berada di South Col, yang juga dikenal sebagai kamp empat," kata Chhiring.

ADVERTISEMENT

Stephan Keck, seorang pemandu gunung internasional yang juga mengatur ekspedisi ke Everest, mengatakan bahwa South Col telah mendapatkan reputasi sebagai toilet terbuka.

Dengan ketinggian 7.906 MDPL, South Col berfungsi sebagai pangkalan sebelum para pendaki berusaha mencapai puncak Everest dan Lhotse. Di sini, medannya sangat berangin.

"Hampir tidak ada es dan salju, jadi Anda akan melihat tinja manusia di mana-mana," kata Keck.

Kantong pengolah tinja

Disahkan oleh pemerintah daerah pedesaan Pasang Lhamu, SPCC sekarang membeli sekitar 8.000 kantong kotoran dari Amerika Serikat, untuk sekitar 400 pendaki asing dan 800 staf pendukung untuk musim pendakian yang akan datang yang dimulai pada bulan Maret.

Kantong-kantong kotoran ini berisi bahan kimia dan bubuk yang memadatkan kotoran manusia dan membuatnya tidak berbau.

Rata-rata, seorang pendaki diperkirakan menghasilkan 250 gram kotoran per hari. Mereka biasanya menghabiskan waktu sekitar dua minggu di kamp-kamp yang lebih tinggi untuk mencapai puncak.

"Dengan dasar itu, kami berencana untuk memberikan mereka dua kantong, yang masing-masing dapat mereka gunakan lima sampai enam kali," jelas Chhiring.

"Ini tentu saja merupakan hal yang positif, dan kami akan dengan senang hati memainkan peran kami untuk menyukseskan hal ini," kata Dambar Parajuli, presiden Asosiasi Operator Ekspedisi Nepal.

Dia mengatakan bahwa organisasinya telah menyarankan agar hal ini pertama-tama dilakukan sebagai proyek percontohan di Everest dan kemudian direplikasi di gunung-gunung lainnya.

Mingma Sherpa, orang Nepal pertama yang mendaki ke-14 gunung di atas ketinggian 8.000 MDPL, mengatakan bahwa penggunaan tas semacam itu untuk mengelola limbah manusia telah dicoba dan diuji di gunung-gunung lain.

"Para pendaki gunung telah menggunakan tas semacam itu di Gunung Denali (puncak tertinggi di Amerika Utara) dan juga di Antartika, itulah sebabnya kami telah mengadvokasi hal ini," ujar Mingma, yang juga merupakan penasihat Asosiasi Pendaki Gunung Nepal.

Kritik penegakan sampah di Gunung Everest

Keck, pemandu gunung internasional, menggemakan pesan yang sama, dengan mengatakan bahwa ide tersebut akan membantu membersihkan gunung.

Pemerintah Nepal telah mengumumkan beberapa peraturan pendakian gunung di masa lalu, namun ada kritik bahwa banyak dari peraturan tersebut yang tidak diterapkan dengan baik.

Salah satu alasan utamanya adalah tidak adanya petugas di lapangan. Pejabat pemerintah seharusnya berada bersama tim ekspedisi di base camp, tetapi banyak dari mereka yang dikritik karena tidak muncul.

"Pemerintah selalu tidak ada di base camp yang menyebabkan segala macam penyimpangan termasuk orang-orang yang mendaki gunung tanpa izin," kata Mingma, ketua kota pedesaan Pasang Lhamu.

"Ini semua akan berubah sekarang. Kami akan menjalankan kantor penghubung dan memastikan langkah-langkah baru kami, termasuk membuat para pendaki membawa kembali kotoran mereka, diterapkan," imbuh dia.




(msl/ddn)

Hide Ads