Tahukah kamu, pada zaman Hindia Belanda, aliran Freemasonry tumbuh dengan pesat, terutama di Tanah Sunda. Jejaknya pun masih bisa dilihat sampai sekarang.
Freemason atau Freemasonry memiliki arti tarekat bebas. Freemasonry termasuk organisasi 'rahasia' di dalam gerakan New Age Movement.
Didirikan di Inggris pada tahun tahun 1717, organisasi ini kemudian menyebar ke seluruh dunia. Banyak tokoh dunia yang tercatat menjadi anggotanya. Tidak sedikit juga warga pribumi yang bergabung dengan organisasi tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada tahun 1756 didirikan Loge Agung Nederland sebagai awal terbentuknya Freemasonry di Belanda. Pengaruhnya sampai ke Hindia Belanda dan loge mulai didirikan tahun 1767 dan 1769. Loge atau loji sendiri memiliki arti gedung besar, gudang besar atau tempat perkumpulan," kata Rangga Suria Danuningrat, pegiat sejarah dari Sukabumi History dan Jelajah Sejarah Sukabumi (JSS) saat ditemui beberapa waktu lalu.
Komunitas persaudaraan Mason pun terus tumbuh. Pada periode tahun 1767 hingga 1948, setidaknya 27 loji pernah berdiri di Hindia Belanda, terbentang dari Banda Aceh sampai Makassar.
Daftar 26 Loji Freemasonry di Indonesia
Berdasarkan sejumlah sumber yang ditelisik Rangga, sedikitnya ada 26 Loji yang didirikan. Tiga diantaranya berada di Bandung, Bogor, dan Sukabumi dan ditambah dengan loji kecil yang juga tersebar di tanah Pasundan. Berikut daftarnya:
1. La Vertueuse - Batavia (1767)
2. Constante et Fidele - Semarang (1801)
3. De Vriendschap - Surabaya (1809)
4. De Ster in het Oosten - Batavia (1837)
5. Mata Hari - Padang (1858)
6. Mataram, Yogyakarta (1870)
7. Princes Frederik der Nederlanden - Rembang (1871)
8. L'Union Frederic Royal - Solo (1872)
9. Prins Frederik - Kota Raja atau Banda Aceh (1880)
10. Arbeid Adelt - Makassar (1882)
11. Veritas - Probolinggo (1882)
12. Deli - Medan (1888)
13. Excelsior - Buitenzorg (1891)
14. Tidar - Magelang (1891)
15. Sint Jan - Bandung (1896)
16. Fraternitas - Salatiga (1896)
17. Humanitas - Tegal (1897)
18. Malang - Malang (1901)
19. Blitar - Blitar (1906)
20. Het Zuiderkruis - Batavia (1918)
21. De Dageraad - Kediri (1918)
22. De Broederketen - Batavia (1919)
23. Palembang - Palembang (1932)
24. Serajoedal - Poerwokerto (1933)
25. De Hoeksteen - Soekaboemi (1933)
26. De Witte Roos - Djakarta (1948)
Sumber lainnya menyebut, nama-nama Loji tersebut ada yang dinamai dengan penomoran, misalkan loge nummer 151: De Hoeksteen yang berada di Sukabumi.
Kisah freemasonry memang masih banyak yang berkabut, karena rapat anggota organisasi tersebut bersifat sangat rahasia.
"Freemasonry adalah sebuah organisasi persaudaraan Internasional 'Free and Accepted Masons' yang merupakan sebutan lain Freemasonry, dimana persaudaraan didasarkan pada ikatan cinta (love), keyakinan (faith), dan kedermawanan (charity)," ujar Rangga.
Cara Anggota Freemason Berkomunikasi
Menurut Rangga, setiap anggota Freemason saling berkomunikasi melalui berbagai ritual dan sistem yang rumit, bisa berupa tanda-tanda rahasia (secret signs) hingga kata sandi tertentu.
Kadang kala, mereka juga memakai simbol-simbol setan ataupun memakai simbol-simbol Yahudi. Bahkan sampai cara berjabat tangan mereka aneh dan berbeda.
"Berdasarkan sejumlah literasi yang saya temukan, pada setiap acara, sebelum memulai acara pertemuan khusus, para lelaki itu ada yang membacakan ayat-ayat suci Al-Quran sebagai pembuka acara, lalu dilanjutkan dengan nyanyian serta pujian rohani Katolik, dan ada pula yang membaca sepatah kata berisi doa dengan menggunakan bahasa Ibrani yang jelas-jelas berasal dari bahasa kaum Yahudi," beber Rangga.
Tarekat Freemason kemudian berkembang menjadi semacam teosofis atau filsafat keagamaan di Indonesia. Mereka juga menggunakan ritus yang juga digunakan oleh kaum Illuminati.
Para anggota Freemason kerap melakukan ritual aneh yang terkadang diselipkan pemujaan terhadap makhluk astral atau gaib.
"Ritual-ritual aneh yang diselipkan pemujaan terhadap makhluk gaib dan cosmos atau alam semesta, lalu acara tersebut diisi dengan pidato-pidato tentang kehidupan yang sarat akan filsafat menambah keanehan 'sekte' tersebut hingga tempat Loji "de Hoeksteen" Soekaboemi (Sukabumi), serta loji-loji lainnya di Hindia Belanda saat itu dijuluki sebagai 'Rumah Setan' karena dianggap menampilkan simbol-simbol dan ritual-ritual yang campur aduk," ungkap Rangga.
Rangga menyebut salah satu sumber koran "de Nederland" mencatat jumlah loji di Hindia Belanda pada masa keemasannya mencapai 25 loji dan 1.500 anggota perkumpulan.
"Freemasonry selain aktif di kota-kota besar juga terdapat di wilayah-wilayah kecil seperti Karawang dengan sebutan 'De Krawangsche Kring' atau 'Vrijmetselaarkring Krawang' yang melakukan berbagai aktifitas sampai pendudukan Jepang serta di Sukabumi yang berdiri pada tanggal 4 Maret 1933, Loge Sukabumi yang dikenal dengan Loge Hoeksteen atau Loji Batu Kunci," tutur Rangga.
Peran Pendeta di Balik Freemasonry di Indonesia
Pertumbuhan kelompok Fremason di Hindia Belanda tak dapat dilepaskan dari peran seorang pendeta bernama Albertus Samuel Carpentier Alting. Albertus diceritakan menggagas penerbitan Indische Macconiek Tijdschrift, sebuah majalah yang menjadi saluran komunikasi antarsaudara Freemason.
Dia pula yang memainkan peran penting pada kelahiran Loji Agung Provinsial Hindia Belanda.
"Perkembangan pesat Freemasonry di Hindia Belanda mengundang respons dari organisasi-organisasi Islam. Karena orang-orang Islam dan elit pribumi Muslim terutama dari kaum menak menjadi target rekrutmen Freemasonry dan banyak yang akhirnya menjadi anggota perkumpulan tersebut," kisah Rangga.
Bahkan, pelukis terkenal, Raden Saleh adalah tokoh pribumi yang bergabung menjadi anggota Fremason di Batavia dan di Loji Vrijmetselaarkring Karawang, serta Bandung.
"Seorang tokoh menak telah bergabung dengan Tarekat Freemason yaitu di Karawang, R.A.A Soeriamihardja. Namun di Sukabumi, tak ada satupun pribumi yang tercatat sebagai anggota tarekat Freemason," ucap Rangga.
Jejak Freemasonry di Sukabumi
Salah satu bukti keberadaan organisasi Freemason di Sukabumi adalah Loji De Hoeksteen yang lokasinya berada di sebuah bangunan dekat dengan kantor Dinas Pemadam Kebakaran.
Kantor ini sempat dijadikan Kantor Dinas Kesehatan, tepat berada di belakang Pendopo Kabupaten Sukabumi.
Zaman dahulu, loji ini diprakarsai oleh para pemilik perkebunan. Kala itu mereka diizinkan untuk dapat mendirikan Tarekat Bebas yang berorientasi kepada diskusi.
"Dikusi dengan tema-tema seperti ilmu pengetahuan, okultisme, magis, misterius, supranatural dan spiritual. Loji De Hoeksteen rajin melaksanakan pertemuan rutin sejak didirikan, sampai diangkat pengurus baru yang berhasil mengaktifkan kembali kegiatan organisasi itu sejak tanggal 4 Maret 1933," tutup Rangga.
------
Artikel ini telah naik di detikJabar.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!