Soal Umrah Backpacker, Kemenparekraf: Kalau Ada Sesuatu Bagaimana?

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Soal Umrah Backpacker, Kemenparekraf: Kalau Ada Sesuatu Bagaimana?

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Senin, 19 Feb 2024 19:07 WIB
Seorang petugas mengamatu umat Islam melakukkan tawaf mengelilingi kabah di Masjidil Haram, Mekah, Arab Saudi, Jumat (7/7/2023). Masjidil Haram masih dipadati jamaah yang melaksanakan tawaf dan ibadah lainnya usai pelaksanaan puncak ibadah haji. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/foc.
Masjidil Haram (Wahyu Putro/Antara)
Jakarta -

Umrah backpacker dan umrah mandiri dilarang Kementerian Agama. Kini Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) memberi imbauan serupa.

Kemenag menegaskan alasan pelarangan umrah mandiri dan umrah backpacker bagi jemaah Indonesia. Salah satunya soal keselamatan jemaah.

Larangan Kemenang itu merujuk kepada U Nomor 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah (PIHU) mengatur tata cara WNI yang akan beribadah umrah. Pasal 86 menyebutkan bahwa umrah dapat dilaksanakan secara perseorangan dan berkelompok melalui PPIU. PPIU merupakan badan hukum yang menjadi sponsor di luar negeri dan bertanggung jawab atas keselamatan, keamanan, dan kenyamanan jemaah umrah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebetulnya kalau umroh itu bukan di bawah Kemenparekraf ya. Memang sih kalau perjalanan ibadah itu itu soalnya ada tata cara. Ya kan. Yang ini enggak bisa diskip misalnya atau yang ini menjadi sesuatu yang harus," kata Adyatama Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Nia Niscaya, Senin (19/2/2024).

"Kalau kita sehat sih aman-aman aja. Tapi kalau terjadi sesuatu ke mana kita harus minta tolong gitu," dia menambahkan.

ADVERTISEMENT

Nia menyebut bahwa ibadah umrah akan lebih baik bila dikoordinir oleh seorang ketua rombongan. Keadaan itu akan mempengaruhi perjalanan umrah para jemaah.

"Ya memang bagus sih kalau ada yang mengkoordinir. Karena semuanya akan bisa dijalani tata urutannya itu bisa dijalankan dengan baik," kata Nia.

"Karena kita kan tidak expert ya. Sebagai umat itu kan belum tentu semuanya mengerti," dia menambahkan.

Nia lalu menyinggung lagi bahwa umrah backpacker tidak ada yang memonitor kesehatan. Di sisi lain, umrah berkelompok akan lebih terjangkau dari sisi harga.

"Kemudian juga kalau ada yang, satu bagusnya kalau secara melalui tidak independen itu ada yang bertanggung jawab, ada yang mengkoordinir kita kan enggak pernah tahu kondisi kesehatan kita ketika umroh," kata Nia.

"Dan juga mungkin dari sisi harga ya, mungkin akan lebih efisien kalau itu ada yang nanggung dan barengan gitu loh. Kan beda sama kayak kita lah jalan sendiri sama jalan berdua ibaratnya kan bisa berbeda," ujar dia.

Terakhir, Nia menyarankan agar jemaah umrah dari Indonesia agar selalu menjalankan ibadah sesuai dengan imbauan pemerintah. Karena, semua itu demi kenyamanan bersama.

"Jadi menurut saya sih, karena apapun kalau ada yang mengkoordinir akan kitanya nyaman ini. Jadi, kita sebagai yang menjalankan ibadah itu enggak ribet dengan hal yang lain tapi fokus kepada ibadah kita," kata dia.




(msl/fem)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Polemik Umrah Backpacker
Polemik Umrah Backpacker
10 Konten
Umrah backpacker merupakan umrah mandiri tanpa melalui biro perjalanan resmi. Umrah ini berkembang setelah pemerintah Arab Saudi memberikan kemudahan untuk umrah ini. Kemenang justru melarang karena dinilai melanggar UU.
Artikel Selanjutnya
Hide Ads