Pakar Otak Jelaskan Mengapa Banyak Orang Mudah Nangis di Pesawat

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Pakar Otak Jelaskan Mengapa Banyak Orang Mudah Nangis di Pesawat

Weka Kanaka - detikTravel
Jumat, 15 Mar 2024 14:11 WIB
Ginger ale atau jahe karbonasi di kabin pesawat
Ilustrasi penumpang di pesawat. (Getty Images/martinedoucet)
Jakarta -

Beberapa pelancong mengakui lebih cengeng atau mudah menangis saat berada di pesawat. Mengapa demikian? Pakar otak menjelaskan.

Kejadian itu mungkin saja paling sering dialami oleh anak-anak. Tangisan mereka kerap bikin gaduh kabin. Tetapi, terkadang juga muncul pda penumpang dewasa.

Melansir Daily Star, Jumat (15/3/2024), ahli saraf dari Brainworks Neurotherapy, James Roy, mengeklaim bahwa faktor lingkungan, seperti tekanan kabin dan kelembaban dapat menambah perasaan sedih atau melankolis lho. Selain itu, faktor rasa takut terbang atau telinga yang berdengung dapat juga menjadi faktor.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bukanlah suatu kebetulan bahwa orang lebih sering menangis di pesawat daripada di tempat lain, karena terbang bagi sebagian orang dapat menjadi pengalaman yang tidak nyaman dan menyakitkan," kata dia.

Salah satu penyebabnya adalah karena tekanan udara di pesawat yang berpengaruh ke telinga. Proses penyesuaian tekanan di dalam telinga membuat bisa membuat sensasi meletup yang menyakitkan.

ADVERTISEMENT

"Tekanan udara di dalam telinga diatur oleh saluran sempit yang disebut tuba Eustachius, sebuah lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan rongga hidung-sinus, yang membantu mengatur tekanan di dalam telinga sesuai dengan lingkungan sekitar," ujar dia.

"Proses penyesuaian tekanan di dalam telinga menyebabkan otot-otot yang mengendalikan tuba Eustachius terbuka, yang dapat menyebabkan sensasi meletup yang menyakitkan, dan bahkan dapat menyebabkan gendang telinga meregang," kata dia.

"Ini bisa menjadi alasan mengapa anak-anak sering kali cenderung lebih sering menangis selama penerbangan, karena semakin kecil saluran Eustachius, semakin banyak ketidaknyamanan yang ditimbulkan," dia menambahkan.

Lalu, mengapa beberapa penumpang merasakan dirinya lebih baik dibanding yang lain di dalam pesawat?

"Emosi yang meningkat dapat bersifat psikologis dan fisiologis, yang dapat dikaitkan dengan hipoksia atau tingkat oksigen yang rendah saat terbang. Meskipun pesawat bertekanan, kita masih menghirup udara yang lebih sedikit daripada jika kita berada di darat," kata dia.

"Hipoksia, atau kekurangan oksigen, dapat mengganggu fungsi kognitif dan meningkatkan respons emosional, serta mempengaruhi depresi atau perubahan suasana hati," dia menambahkan.

Jadi, kekurangan oksigen dapat membuat traveler merasa sedikit cengeng. Selain itu, James berpikir bahwa ada hal lain lagi yang membuat kita merasa lebih emosional saat terbang.

"Perjalanan udara dapat melibatkan pemicu emosional, seperti mengucapkan selamat tinggal kepada orang yang kita cintai, atau kembali dari perjalanan bisnis yang menegangkan, selain kelelahan dalam perjalanan. Pemicu emosional ini dikombinasikan dengan ketidaknyamanan dalam perjalanan dapat membuat orang merasa lebih rentan," ujar dia.

"Saat terbang, kita terputus dari dunia luar dan dipaksa untuk mengukur emosi yang ditekan dan kesadaran reflektif, yang dapat menyebabkan kita terlalu banyak berpikir dan menangis," kata dia.

Selain faktor-faktor yang sudah dijelaskan, faktor kelembaban di dalam kabin disebut juga dapat berperan.

"Pesawat terbang menjaga tingkat kelembapannya sekitar 10-20 persen untuk mencegah kerusakan struktural pada pesawat, yang sedikit lebih rendah daripada kelembaban 35-65 persen yang nyaman bagi manusia," kata dia.

"Udara yang kering berarti kita kehilangan lebih banyak air melalui penguapan dan pernapasan, yang dapat menyebabkan dehidrasi ringan, yang sering kali mengakibatkan ketidakseimbangan suasana hati dan perasaan yang lebih emosional," dia menambahkan.

Terkadang juga faktor rasa takut dan khawatir yang timbul di sebagian penumpang juga menjadi faktor yang berpengaruh. Mengingat banyak orang yang takut ketinggian tetapi mesti tetap terbang dengan pesawat.

"Terakhir, rasa takut tidak memegang kendali dapat menyebabkan perasaan lebih gugup dan menyebabkan emosi meningkat. Mengingat telah terjadi kecelakaan pesawat selama bertahun-tahun, banyak orang yang mengembangkan apa yang dikenal sebagai Aviophobia ketakutan terbang yang menyebabkan perasaan tidak tenang selama penerbangan," kata dia.




(wkn/fem)

Hide Ads