Menjelang Lebaran 2024, Jakarta lowong setelah ditinggal mudik warganya. Apa arti mudik?
Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran jatuh pada 10 April 2024. Pemerintah menyatakan cuti bersama pada 8-15 April.
Sudah jadi tradisi, orang-orang dari luar Jakarta mudik ke kampung halaman untuk merayakan Idul Fitri. Tahun ini diprediksi menjadi mudik termeriah sepanjang sejarah.
Mengacu pada hasil survei Badan Kebijakan Transportasi (BKT) Kementerian Perhubungan (Kemenhub), diperkirakan jumlah pemudik mencapai 193,6 juta orang atau naik 34 persen dari tahun sebelumnya. Pemudik terbanyak menuju ke Jawa Tengah, kemudian Jawa Timur, dan disusul Jawa Barat.
Menurut editor bahasa detikcom, Habib Rifai, kata mudik berasal dari kata 'udik'. Dia menyebut di KBBI kata udik salah satunya bermakna desa, dusun, kampung (lawan kota).
"Dengan alasan tertentu, salah satunya karena faktor ekonomi, orang-orang dari kampung pindah ke kota untuk mencoba memperbaiki taraf kehidupan mereka. Sekian lama mereka tinggal di kota, ada rindu pada kampung halaman," kata Habib.
"Pada momen-momen tertentu, kaum urban ini akan menengok tempat mereka lahir, menemui teman-teman sedari kecil yang tidak pergi ke kota, juga mengunjungi orang tua dan kerabat yang masih bertahan di kampung. Tapi kepulangan kaum urban ini hanya sebentar, tidak dalam waktu yang lama. Mereka harus kembali lagi ke kota untuk melanjutkan aktivitas harian setelah masa libur mereka habis," dia menjelaskan.
Habib menyebut dalam perkembangannya, muncullah istilah 'mudik'.
"Mudik diartikan sebagai pulang sementara waktu ke kampung halaman, kemudian kembali lagi ke kota untuk kembali bekerja," kata lulusan S-1 Fakultas Sastra Universitas Sebelas Maret Surakarta itu.
Sejumlah sumber mengatakan fenomena mudik saat Lebaran mulai terjadi pada awal era Orde Baru. Saat periode Gubernur Jakarta Ali Sadikin (1966-1977), yang membangun Jakarta sebagai kota metropolitan.
"Karena menyangkut perpindahan orang dari desa ke kota yang semakin besar dan berimplikasi luas bagi banyak hal, mulai dari transportasi sampai kriminalitas. Ini terutama setelah masa Ali Sadikin, ketika posisi warga asli, yakni Betawi, bukan lagi nomor satu, digantikan urban Jawa, Sunda, dan lain lain," kata sejarawan lulusan Universitas Indonesia (UI), JJ Rizal.
Menurut Rizal, udik berarti kembali ke titik awal mula aliran sungai, alias di hulu, letaknya di desa yang jauh dari hilir di Batavia. Istilah 'mudik' kemudian berkembang menjadi bermakna 'pulang kampung' bagi kaum buruh/pekerja, karena kaum buruh di Batavia memang banyak yang bukan penduduk asli melainkan dari luar daerah.
Lebih lanjut, Habib Rifai menyebut istilah 'pulang kampung' berbeda maknanya dengan 'pulang ke kampung'. Pulang kampung adalah kata majemuk, yang berarti kembali ke kampung, bukan hanya pulang ke kampung, tapi kembali ke kampung untuk menetap di sana.
Dalam urbanisasi, orang-orang dari kampung pindah ke kota dan menetap di sana. Kalau karena suatu hal, misalnya dipecat dari tempat kerja atau jenuh terhadap kehidupan kota, mereka balik ke kampung halaman dan tidak kembali ke kota, fenomena tersebut bisa dikatakan sebagai 'pulang kampung' atau deurbanisasi.
Jadi, menjelang Lebaran ini, fenomena masyarakat kota yang berbondong-bondong menuju kampung halaman itu disebut mudik atau 'pulang ke kampung'.
Tapi, jika ada kaum urban yang sudah kembali ke kampung dan tidak lagi balik ke kota, itu disebut 'pulang kampung'.
Simak Video "H-8 Lebaran, Suasana Pelabuhan Merak Cenderung Sepi"
(fem/fem)