Video viral yang menunjukkan ada tinja dan pendaki mencuci piring bekas makan di mata air Alun-alun Suryakencana, Gunung Gede Pangrango disorot. Pendaki lain mengingatkan agar aksi itu tidak dilakukan lagi.
Pendaki asal Banyumas, Fairuz, menyebut keinginan buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) tidak dapat dicegah sekehendak hati begitu saja, baik di gunung atau pun di tempat lain. Apalagi, naik gunung tidak hanya dilakukan hanya dalam tempo dua hari, bisa jadi pendakian membutuhkan waktu berhari-hari atau bahkan satu bulan.
Tetapi, aktivitas ke belakang itu, baik di gunung atau di tempat lain, tidak bisa dilakukan di sembarang tempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sudah semestinya para pendaki mencari tempat yang pas untuk buang hajat. Urusan itu juga harus dipastikan tidak mengganggu pendaki lain dan alam sekitar.
"Para pendaki perlu berjalan mencari lokasi yang jauh dari jalur pendakian dan mata air, lalu menggali tanah tersebut. Ketika selesai, lubang tersebut ditutup kembali dengan tanah," kata Fairuz, salah satu pendaki dari Banyumas, dalam perbincangan dengan detikTravel.
"BAB atau BAK dapat dilakukan di tempat yang jauh dari sumber air maupun track pendakian dengan cara menggali tanah dan menimbun kembali setelah selesai," Fairuz menegaskan.
Meskipun kegiatan BAB dan BAK dilakukan di sungai oleh warga desa pada zaman dahulu, cara tersebut dilarang di gunung. Sebab, sungai menjadi salah satu cadangan air darurat ketika seseorang mendaki.
Jangan mencuci peralatan masak di sungai
Selain BAB dan BAK, mencuci peralatan masak di sungai juga merupakan tindakan yang dilarang. Sebab, sisa makanan yang ada dalam wadah makanan akan mencemari kebersihan air dan sungai yang digunakan para pendaki untuk tambahan air. Sisa makanan yang ada sejatinya harus dibawa turun kembali atau ditimbun di dalam tanah.
"Kalau nyuci alat masaknya cukup dibasuh pakai persediaan air yang kita bawa. Malah lebih sering jarang dicuci setelah selesai masak karena melihat juga kondisi air yang kita bawa terbatas," Kata Haura, seorang pendaki asal Bekasi yang tergabung dalam himpunan pecinta alam (Hipala).
Mencari cadangan air minum di sungai yang mengalir
Kondisi alam yang tidak menentu, serta kejadian-kejadian tidak terduga saat mendaki gunung membuat logistik yang telah disediakan tidak dapat mencukupi kebutuhan para pendaki terlebih saat musim kemarau tiba.
Dalam keadaan mendesak tersebut, para pendaki akan mencari sungai atau mata air terdekat untuk mengambil air minum tambahan. Hal tersebut yang menjadikan sungai di gunung sangat dijaga kebersihannya.
Membawa kembali sampah yang dihasilkan
Sama seperti destinasi wisata lainnya, sampah yang berserakan akan membuat keindahan alam di gunung berkurang. Setiap basecamp pendakian umumnya memiliki aturan tersendiri dalam upaya mengurangi sampah di gunung, seperti air yang hanya diizinkan untuk dibawa dengan jerigen dan sebagainya.
Meskipun demikian, ulah pendaki tidak bertanggung jawab mengakibatkan sampah-sampah masih sering terlihat berserakan di kawasan camp. Seorang pendaki haruslah bertanggung jawab atas kebersihan dan barang bawaan yang dibawanya termasuk sampah dengan membawa turun kembali sampah-sampah tersebut. Beberapa jalur pendakian juga menyediakan tempat sampah untuk memudahkan para pendaki.
Tidak sembarang memetik tumbuhan di gunung
Keragaman flora yang ada di atas gunung tentu membuat para pendaki terkesima dengan keindahan alam yang ada. Namun perlu diperhatikan, beberapa flora yang ada di gunung merupakan bagian dari tanaman yang dilindungi, salah satunya bunga edelweiss yang dapat ditemukan di beberapa gunung sehingga tindakan memetik tumbuhan tersebut termasuk dalam tindakan ilegal.
"Pendaki juga harus stop memetik bunga edelweis karena yang saya ketahui di Gunung Gede banyak bunga edelweiss yang dipetik para pendaki hanya untuk kepuasan pribadi pendaki," kata Haura.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Foto: Momen Liburan Sekolah Jokowi Bersama Cucu-cucunya di Pantai
Aturan Baru Bagasi, Presdir Lion Air Group: Demi Keselamatan