Sumbu Filosofi Masuk Warisan Budaya UNESCO, Wajib Dijaga Seperti Blok M

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Sumbu Filosofi Masuk Warisan Budaya UNESCO, Wajib Dijaga Seperti Blok M

Natasha Kayla Ananta - detikTravel
Minggu, 28 Apr 2024 14:05 WIB
Tugu Pal Putih Jogja, Selasa (19/9/2023). Tugu Jogja ini masuk dalam kawasan Sumbu Filosofi Jogja yang ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO.
Sumbu Filosofi Yogyakarta (Adji G Rinepta/detikJogja)
Jakarta -

Sumbu Filosofis Yogyakarta masukd alam daftar Warisan Budaya Dunia UNESCO pada 24 September 2023. Pemerintah daerah Yogyakarta diminta untuk melestarikan dengan cara kekinian.

Penghargaan tersebut menjadi upaya nyata yang dilakukan oleh pemerintah dalam memberikan informasi dan wawasan lintas generasi yang akan melanjutkan peran sebagai pelestari budaya bangsa. Sertifikat Inskripsi dari UNESCO diserahkan dalam acara seremonial di kantor Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud) pada Kamis (25/4/2024).

Menurut Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid keterlibatan masyarakat dalam upaya pelestarian tersebut sangat esensial. Ia juga menanggapi bahwa menjamurkan cagar budaya yang dimanfaatkan generasi muda merupakan salah satu cara efektif dalam pelestarian di zaman sekarang ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita lihat sekarang ini cukup banyak cagar budaya kita yang mulai dimanfaatkan nih oleh generasi muda, seperti M Blok. Saya kira rute ini bisa ditempuh, di Jogja nggak kurang-kurang orang kreatif dan orang seni," kata Hilmar.

Ia juga menambahkan bawah cara lawas pelestarian dianggap sudah tidak relevan dan justru akan memakan banyak biaya.

ADVERTISEMENT

"Itu saya kira upaya pelestarian yang paling efektif. Kalau cuma disuruh dijagain dipastikan gak rubuh dan segala macem aduh itu cost semua. Kalau dimanfaatkan bisa revenue generating bisa membuka ruang publik dan interaksi masyarakat dan warisan budaya yang semakin kuat," lanjut Hilmar.

Contoh nyata dari upaya pelestarian yang berhasil berjalan beriringan dengan interaksi masyarakat yaitu daerah Kayutangan. Meskipun semakin ramai berkat hadirnya kafe-kafe di sepanjang jalan Kayutangan, justru cara itu dinilai lebih efektif untuk dikenal masyarakat luar sekaligus menciptakan banyak manfaat bagi masyarakat.

Konsep sumbu imajiner dari Sumbu Filosofis Jogja meliputi Laut Selatan, Panggung Krapyak, Alun-Alun Selatan, Keraton, Alun-Alun Utara, Tugu Golong Gilig, dan berakhir di Gunung Merapi. Sumbu ini juga melewati 10 atribut penanda yang diantaranya meliputi Beteng Pojok dan Plengkunng, Kompleks Tamansari, Masjid Gedhe, Pasar Beringharjo, dan lainnya.




(fem/fem)

Hide Ads