Jurus Baru Taliban Merayu Turis Datang ke Afghanistan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Jurus Baru Taliban Merayu Turis Datang ke Afghanistan

bonauli - detikTravel
Kamis, 02 Mei 2024 11:41 WIB
Rombongan turis berwisata di Afghanistan
Rombongan turis di Afghanistan (Wakil Kohsar/AFP)
Kabul -

Kelompok Taliban menyadari perekonomian sedang terpuruk. Kini, mereka membuka peluang cuan baru lewat pariwisata dengan merayu kedatangan turis.

Dilansir dari Associated Press pada Kamis (2/5/2024), Taliban sampai menurunkan 30 pria dari lembaga pelatihan profesional pariwisata dan perhotelan. Siswa-siswa itu datang dari berbagai latar belakang, usia, tingkat pendidikan, dan pengalaman profesional.

Siswa-siswa tersebut dilatih untuk mempromosikan sisi lain Afghanistan. Mereka semua laki-laki, karena perempuan dilarang untuk belajar setelah kelas enam. Ada mantan model sampai pemuda yang belum berpengalaman kerja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kenaikan jumlah turis yang berkunjung ke negara itu didorong oleh menurunnya tingkat kekerasan, meningkatnya koneksi penerbangan dengan pusat-pusat seperti Dubai, dan kebanggaan yang timbul karena berlibur ke tujuan yang tidak biasa.

Pada tahun 2021, jumlah turis yang tercatat sebanyak 691 orang. Pada tahun 2022, angka ini meningkat menjadi 2.300 orang, sementara itu tahun lalu jumlahnya mencapai 7.000 orang.

ADVERTISEMENT

Turis-turis yang datang datang dengan motivasi unik. Mereka ingin melihat Taliban secara langsung.

Mohammad Saeed, Kepala Direktorat Pariwisata di Kabul mengatakan bahwa pasar pengunjung terbesar adalah China, karena kedekatan politik dan populasi yang besar. Afghanistan juga memiliki keunggulan dibandingkan beberapa negara tetangganya.

"Mereka mengatakan kepada saya bahwa mereka tidak ingin pergi ke Pakistan karena berbahaya dan mereka dan mereka diserang. Orang Jepang juga telah mengatakan hal ini kepada saya. Ini bagus untuk kita," kata dia.

Namun ada kekurangan yang harus dipikirkan oleh Taliban, salah satunya adalah visa. Setelah Taliban berkuasa, banyak negara yang memutuskan kerja sama dengan Afghanistan dan tidak mengakui kekuasaan Taliban.

Kedutaan besar Afghanistan menutup dan menghentikan operasi. Ada perebutan kekuasaan yang sedang berlangsung antara kedutaan dan konsulat Afghanistan.




(bnl/fem)

Hide Ads