Acara perpisahan siswa SMK Lingga Kencana, Depok yang berujung duka membuat istilah study tour dan tamasya menjadi perdebatan. Adakah kesamaan dan perbedaan dua kata itu?
Salah satu bus yang mengangkut rombongan pelajar SMK Lingga Kencana hilang kendali hingga menabrak mobil dan tiga motor, kemudian terguling. Dari 11 korban yang tewas, sembilan di antaranya adalah siswa, 1 orang guru, dan satu pengendara motor.
Bus tengah menuju Depok dalam perjalanan pulang dari Lembang. Kecelakaan itu terjadi di Ciater, Subang pada Sabtu (11/5/2024).
Perpisahan pelajar sekolah ke tempat wisata bukan acara baru. Ada yang menamai sebagai study tour atau karya wisata, ada pula yang menyebut sebagai widya wisata.
Istilah itu diadu dengan tamasya. Sebab, dalam pelaksanaannya, study tour tidak ada hubungannya dengan pembelajaran.
Menurut pakar bahasa Indonesia lulusan Fakultas Sastra Universitas Sebelas Maret, Surakarta Habib Rifai study tour dan tamasya memiliki kesamaan dan perbedaan.
"Ada kesamaan tamasya dan study tour. Keduanya sama-sama merupakan perjalanan ke suatu tempat. Namun, ada yang menjadi pembeda," kata Habib dalam perbincangan dengan detikTravel, Rabu (15/5).
Menurut Habib tamasya bertujuan ke tempat wisata, dengan maksud untuk bersenang-senang atau melepas penat. Tidak ada niat untuk belajar sesuatu dari tempat yang akan disambangi. Contoh bertamasya adalah bermain air di pantai, jalan-jalan ke hutan, naik gunung, atau kegiatan menyenangkan lainnya.
"Menurut KBBI, makna tamasya adalah perjalanan untuk menikmati pemandangan, keindahan alam, dan sebagainya," dia menegaskan.
Sementara itu, study tour merupakan frasa dua lema bahasa Inggris: study dan tour. Maknanya kurang lebih adalah perjalanan ke beberapa lokasi (tour) dengan muatan pengetahuan di dalamnya.
Study tour biasanya dilakukan oleh pelajar. Padanan study tour dalam bahasa Indonesia adalah karyawisata.
Contohnya adalah study tour ke museum, candi, keraton, planetarium, observatorium, kebun raya, kebun binatang, dan lain-lain. Dalam perkembangannya, banyak tempat wisata yang dikemas sedemikian rupa sehingga ada unsur edukasi di dalamnya.
Hanya saja, menurut Habib, penggunaan kata itu sering kali tidak tepat.
"Kedua istilah tersebut kadang digunakan secara serampangan, sehingga ada kalanya kegiatan tamasya diistilahkan dengan study tour hanya karena pesertanya adalah siswa-siswi sekolah dengan menggunakan beberapa bus," ujar Habib.
Simak Video "Video: 3 Imbauan Mendikdasmen ke Sekolah Terkait Study Tour"
(fem/fem)