Tiket masuk harian turis ke Venesia telah diresmikan untuk meredam overtourism. Sayangnya, warga tidak senang.
Dilansir dari Express UK pada Rabu (22/5/2024), upaya Venesia untuk memerangi overtourism dikecam sebagai kegagalan besar oleh warga. Faktanya masih ada ribuan orang yang datang ke kota itu.
Menurut data anggota dewa kota Giovanni Andrea Martini jumlah wisatawan meningkat sebanyak 5.000 orang. Martini mengatakan bahwa kebijakan itu telah gagal total.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada hari Minggu, kami menerima 70.000 pengunjung dibandingkan dengan 65.000 pengunjung pada periode yang sama tahun lalu. Ini adalah langkah yang digembar-gemborkan sebagai cara untuk mengurangi kedatangan wisatawan namun gagal total," kata dia.
Tiket masuk harian seharga 5 Euro ini adalah yang pertama di dunia. Turis yang menginap setidaknya satu malam akan dikecualikan dari syarat kebijakan itu.
"Angka tersebut menunjukkan bahwa tiket tersebut sama sekali tidak mengurangi masuknya wisatawan. Faktanya, jumlahnya lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Tidak ada gunanya dan merusak. Tidak menyelamatkan jiwa kota," dia menambahkan.
Martini berkata bahwa Venesia disebut bagai angsa yang bertelur emas. Ada kepentingan bisnis swasta yang telah ditempatkan di atas kepentingan penduduk.
Selain tentangan dari para pejabat, survei yang dilakukan oleh Fondazione ICU mengungkapkan bahwa 89 persen warga Venesia di pusat bersejarah tersebut menentang pajak dan menyebutkanya sebagai kebijakan yang catat karena terlalu banyak pengecualian.
Hal ini juga disebut sebagai pelanggaran privasi karena mereka yang mendaftar secara online harus memberikan data pribadi mereka dan mengungkapkan di mana tepatnya mereka tinggal.
Kebijakan ini disebut solusi jangka pendek, mereka mengatakan fokus jangka panjang harusnya pada pengurangan populasi yang telah dari 140.000 menjadi 49.000 sejak tahun 1950an.
Mereka juga menyerukan adanya bisnis baru dan lebih banyak perumahan murah bagi penduduk setempat, sekaligus mengurangi jumlah apartemen sewaan melalui undang-undang zonasi dan pajak properti yang lebih tinggi.
"Venesia merupakan pengguna dari desersi sosial. Adanya seluruh distrik yang telah dikosongkan dari warga Venesia. Jika tren ini terus berlanjut, maka sudah pasti secara matematis bahwa kota ini akan mati. Kita perlu membawa mereka kembali untuk memulihkan tatanan sosial. Sebuah kota yang hidup adalah satu-satunya cara untuk membendung kemajuan pariwisata massal," ujar Martini.
(bnl/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol